Kajian Morfofonemik dalam Kata Bahasa Manggarai dan Bahasa Indonesia | Anak Pantai

Kajian Morfofonemik dalam Kata Bahasa Manggarai dan Bahasa Indonesia

morfologi-bahasa-indonesia

Selamat siang, malam, atau sore buat sahabat-sahabat yang ketemu dengan artikel ini. Pada pertemuan kali ini saya ingin membagikan kepada sahabat tentang sebuah artikel yang berjudul Proses Morfofonemis dala kata Bahasa Manggarai dan Bahasa Indonesia. Artikel ini merupakan tugas mata kuliah morfologi yang ditugaskan oleh dosen saya. Langsung saja disimak yah sahabat.


PROSES MORFOFONEMIS DALAM KATA BAHASA MANGGARAI DAN BAHASA INDONESIA

Siprianus Aris
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNIPA - Manokwari
Pos-el: ariessipriano@gmail.com




PENDAHULUAN
Latar Belakang   
Dalam dunia kebahasaan, baik bahasa asing, bahasa nasional, dan bahasa daerah atau yang biasa dikenal sebagai bahasa ibu sudah pasti di dalamnya terdapat suatu kajian tentang bunyi, kata dan bentuk kata, frasa, klausa, dan juga kalimat. Semua itu mempunyai bidangnya sendiri yang membahas secara khusus masalah-masalah terkait dan mempunyai hubungan timbal balik.

Dalam mempelajari cabang ilmu bahasa morfologi misalnya. Di dalam cabang ilmu bahasa morfologi, yang dibahas bukan hanya tentang kata dan bentuk kata, namun juga keterkaitannya dengan cabang ilmu bahasa fonologi yang kita kenal dengan istilah morfofonemik yang secara umum membahas tentang perubahan bunyi akibat adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik membahas tentang penambahan fonem, hilangnya fonem, dan berubahnya fonem.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari artikel ini adalah antara lain sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan morfofonemik?
  2. Bagaimana proses morfofonemik itu terjadi?
  3. Jelaskan proses morfofonemis sebagai pembeda makna dalam kata Bahasa Manggarai? (contoh kata disesuaikan)
  4. Jelaskan proses morfofonemis sebagai pembeda makna dalam kata bahasa Indonesia ? (contoh kata disesuaikan)


LANDASAN TEORI
Pengertian Morfofonemik
Pengertian Morfofonemik Secara Umum
Morfofonemik adalah proses perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam pembentukan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya kata membaca terdiri dari dua morfem, yaitu morfem meN- dan morfem baca. Akibat pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal (N) pada morfem meN- berubah, sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu tergantung pada kondisi bentuk dasar (dasar kata) yang diikutinya. Kajian morfofonemik tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul dalam kajian morfologi.

Pengertian Morfofonemik Menurut Para Ahli
  1. Nelson Francis (1958) menyatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibat pengelompokkan menjadi kata.
  2. Samsuri (1982:28) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
  3. Sumadi (2010:140) berpendapat bahwa morfofonemik ialah “perubahan fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dan morfem yang lain.
  4. Zainal Arifin (2007:8) berpendapat bahwa proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan
  5. Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
  6. Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.
  7. Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem satu dengan morfem lain.
  8. Heatherington (dalam Tarigan, 1995:27) morfofonemik, atau yang biasa disebut dengan morfofonologi  adalah ilmu yang menelaah morfofonem. Morfofonologi adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara bunyi dan bentuk kata. Dalam morfofonologi kita tidak menelaah bunyi tunggal beserta varian-variannya saja, tetapi justru menelaah bunyi-bunyi rangkap beserta varian-variannya.
  9. Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN- dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar pada meN- yang pada realitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik.

Proses Morfofonemis
Proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan (Zainal Arifin, 2007:8). Berikut ini akan dijelaskan proses morfofonemis dalam kata Bahasa Manggarai dan Bahasa Indonesia.

Proses Morfofonemis Dalam Kata Bahasa Manggarai
Kata kawe dan lawe
Kata kawe dan lawe yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan secara berturut-turut adalah cari dan sumbu. Perbedaan makna pada 2 (dua) kata di atas disebabkan oleh perbedaan fonem awal pada kedua kata itu. Bunyi fonem /k/ dan fonem /l/ mempunyai fungsi sebagai pembeda makna. Sedangkan proses fonetik dari kedua fonem tersebut diuraikan sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /k/ dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut sebagai artikulasi atau biasa disebut konsonan velar dimana terjadi penghambatan udara sehingga tidak bersuara.
  2. Fonem konsonan /l/ dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi atau biasa disebut dengan istilah apiko-alveolar. Fonem konsonan yang dihasilkan tidak dihambat sehingga bersuara.
Kata pau dan wau
Kata pau “mangga” dan wau “bau” mempunyai makna yang berbeda akibat perbedaan fonem awal pada kedua kata itu. Bunyi fonem konsonan /p/ dan fonem /w/ mempunyai fungsi sebagai pembeda makna. Proses fonetik dari kedua fonem tersebut diuraikan sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /p/ dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi atau disebut dengan istilah konsonan letup bilabial. Dalam pembentukan konsonan /p/ terjadi penghambatan udara namun tetap menghasilkan suara. Konsonan   ini   terjadi   jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya (titik artikulasi) bibir atas.
  2. Fonem konsonan dan/atau semivokal /w/ dihasilkan sama seperti fonem konsonan /p/ diatas yaitu dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi atau disebut dengan istilah konsonan semivokal bilabial. Dalam pembentukan konsonan dan/atau semivokal /w/ tidak terjadi penghambatan udara sehingga menghasilkan suara.
Kata jitong dan titong
Kata jitong “rajawali” dan titong “didik” mempunyai makna yang berbeda akibat perbedaan fonem konsonan awal dari masing-masing kata, yaitu fonem konsonan /j/ dan fonem konsonan /t/. Proses fonetik dari kedua konsonan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /j/ dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi sehingga udara tidak dihambat dan menghasilkan bunyi atau suara.
  2. Fonem konsonan /t/ dihasilkan dengan ujung lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasi (apiko-dental), tidak ada hambatan, dan bersuara.
Kata kasa dan kala
Kata kasa mempunyai arti “pohon asam” dan kala “sirih (daun, pohon, dan buahnya)” dibedakan oleh fonem konsonan ketiga dari kata-kata tersebut yaitu fonem konsonan /s/ dan /l/. Proses fonetis dari masing-masing fonem tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /s/ merupakan fonem konsonan   geseran   lamino-alveolar.   Konsonan   ini   terjadi   jika artikulator aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator pasifnya gusi. Udara yang dihasilkan tidak dihambat sehingga mengeluarkan suara.
  2. Fonem konsonan /l/ dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator (artikulator aktif) dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi (artikulator pasif). Proses ini disebut dengan istilah nasal apiko-alveolar. Fonem konsonan yang dihasilkan tidak dihambat sehingga bersuara.

Proses Morfofonemis Dalam Kata Bahasa Indonesia
Kata vokal dan lokal
Kata vokal yang bermakna “satuan fonologis yang diwujudkan dalam lafal tanpa pergeseran, sepertt [a, i, u, e, o]”;  dan kata lokal yang bermakna “ruang yang luas”, dibedakan oleh fonem konsonan /v/ dan fonem konsonan /l/ yang berada di awal kata terhadap makna yang diperoleh. Proses fonetis dari kedua fonem tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /v/ disebut sebagai konsonan bilabial karena fonem ini dihasilkan melalui pertemuan antara kedua belah bibir baik bibir atas sebagai titik artikulasi maupun bibir bawah sebagai artikulator. Dalam proses menghasilkan fonem konsonan /v/ ini, udara tidak dihambat sehingga menghasilkan suara.
  2. Fonem konsonan /l/ merupakan konsonan nasal yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi atau biasa disebut dengan istilah apiko-alveolar. Fonem konsonan yang dihasilkan tidak dihambat sehingga bersuara atau nasal apiko-alveolar.
Kata juang dan ruang
Perbedaan makna pada kata juang dan ruang disebabkan oleh fonem konsonan /j/ dan /r/ yang ditempatkan pada awal kata dari kedua kata tersebut.  Kata juang bermakna usaha dengan tenaga dan kata ruang yang berarti tempat segala yang ada. Proses fonetis dari kedua fonem konsonan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /j/ merupakan konsonan hambat letup dimana terjadi hambatan penuh arus udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba. Fonem konsonan /j/ masuk dalam kategori fonem letup medio-palatal karena dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Dalam proses menghasilkan fonem konsonan /j/ artikulator mengeluarkan suara.
  2. Fonem konsonan /r/ merupakan konsonan getar yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat yang dikenal dengan istilah apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya (titik-artikulasi) adalah gusi.
Kata masalah dan makalah
Perbedaan makna dari kata masalah dan makalah disebabkan oleh perbedaan fonem konsonan ketiga dari kata tersebut (fonem konsonan /s/ dan /k/. Kata masalah mempunyai arti sesuatu yang harus diselesaikan dan kata makalah berarti karya tulis yang dijadikan sebagai laporan pelaksaan tugas oleh pelajar atau mahasiswa.
Proses fonetis dari kedua fonem konsonan di atas adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /s/ merupakan fonem geseran atau frikatif yang dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru,   sehingga   jalan   udara   terhalang   dan   keluar   dengan   bergeser. Fonem konsonan /s/  terjadi   jika artikulator aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator pasifnya gusi atau dikenal dengan istilah konsonan   geseran   lamino-alveolar. Meskipun udara dihambat namun tetap mengeluarkan suara.
  2. Fonem konsonan /k/ merupakan konsonan hambat   letup dimana saat proses pembentukan fonem oleh artikulator,  terjadi hambatan   penuh   arus   udara. Fonem konsonan /k/ masuk adalam jenis konsonan   hambat   letup   dorso-velar, yaitu konsonan yang terjadi   jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit- langit   lunak   (langit-langit   bawah).
Kata sebab dan sebar
Kata sebab dan sebar memiliki makna yang berbeda karena perbedaan fonem ada akhir kedua kata tersebut yaitu fonem konsonan /b/ dan fonem konsonan /r/. Sehingga diperoleh makna dari masing-masing kata tersebut secara berurutan adalah “hal yang menjadikan timbulnya sesuatu” dan “berserak/bertabur/berpencar”. Proses fonetis dari kedua fonem konsonan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /b/ merupakan fonem konsonan yang dihasilkan melalui proses hambat   letup   bilabial, yaitu artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas
  2. Fonem konsonan /r/ merupakan konsonan konsonan getar yaitu konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat atau sering disebut konsonan getar apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya gusi.

PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa morfofonemik atau morfonemik/morfofonologi/morfonologi adalah perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam pembentukan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem yang lain. Dalam morfofonologi terdapat 2 bidang kajian yaitu fonem sebagai pembeda makna dan proses fonetis atau cara alat ucap (artikulator dan titik artikulasi) menghasilkan bunyi dari fonem bersangkutan. Proses fonetis terhadap fonem konsonan memiliki banyak penggolongan diantaranya (1) Konsonan Hambat Letup diantaranya bilabial, apiko-dental, apiko-palatal, medio-palatal, dorso-velar, dan hamzah; (2) Konsonan nasal (sengau), diantaranya nasal   bilabial, nasal medio-palatal, nasal apiko-alveolar, dan nasal dorso-velar; (3) Konsonan Geseran atau Frikatif, seperti geseran labio-dental, geseran   lamino-alveolar, geseran dorso-velar, dan geseran laringal; (4) Konsonan Getar; dan (5) Semivokal.

Proses morfofonemik dalam bahasa manggarai hampir sama dengan bahasa indonesia, hanya saja cara membunyikan serangkain fonem yang sudah dibentuk menjadi sebuah kata yang bermakna kadang mengalami perubahan nada. Dalam bahasa manggarai, terdapat istilah bahasa bernada. Nada yang berbeda akan mempengaruhi makna dari kata yang diucapkan. Jadi dalam bahasa manggarai bukan hanya proses morfemik yang dikaji tapi juga nada dalam pelafalan katanya, karena sangat mempengaruhi.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://nurhidayati0109.blogspot.co.id/2014/09/hubungan-gramatikal-fonologi-dengan.html
https://ariesrutung.blogspot.co.id/2017/09/proses-pembentukan-fonem-konsonan-oleh.html
http://nelaoktarina.blogspot.co.id/2016/12/makalah-morfofonemik.html

Itu tadi Artikel mengenai morfofonemik. Sekian dari saya, terima kasih sudah berkunjung.

Baca Juga :
Morfologi Bahasa Indonesia - First Meeting
Beberapa istilah dalam Morfologi - Tugas mata Kuliah Morfologi

1 komentar:

mohon maaf.kata-kata komposisi dalam bahasa manggarai apa saja ya,tolong sebutkan.

Reply

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan komentar. Kritiklah sesuka Anda!

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA