August 2019 | Anak Pantai

Sinopsis Novel Kerumunan Terakhir: Okky Madasari

Seluruh kisah yang dibangun dalam novel Kerumunan Terakhir dimulai ketika:

Jayanengara (Jay) yang adalah satu-satunya anak laki-laki (anak pertama, bersaudari 3 orang adik perempuan) dari seorang guru madrasah (ibu) dan (ayah) dosen beken pada salah satu universitas negeri ternama di Indonesia. Semua konflik bermula ketika ayahnya melanjutkan studi doktor ke luar negeri (memperoleh beasiswa) dan meninggalkan istri dan keempat anaknya. Di luar negeri, sang ayah selingkuh dengan mahasiswi yang juga sama-sama berasal dari Indonesia dan berjanji akan menikahinya ketika telah tamat nantinya. Segala bentuk kebejatan itu dibawanya pulang ke Indonesia bersama gelar barunya, profesor. Semakin hari, istri sah yang dinikahinya - sebelum dunia sang suami berubah – makin tak tahan dengan kelakuan suaminya yang terang-terangan membawa perempuan-perempuan ke rumah. Sementara itu, sang istri bagaikan peribahasa habis manis sepah dibuang - tak pernah disentuh lagi – memilih keluar dari rumah meninggalkan 4 orang anaknya. Segala cara telah ia usahakan untuk mempertahankan rumah tangganya, tetapi semuanya sia-sia. Segala yang terjadi seperti sedang menonton sebuah drama korea di mata anak-anak mereka. Mereka menyasikan dengan seksama apa yang terjadi dan dalam tempo yang singkat keempat anak tersebut menaruh benci terhadap kelakuan sang ayah. Meski demikian, mereka tetap makan dari penghasilan yang diperoleh sang ayah yang terus menjadi beken hampir seantero Indonesia karena kepintarannya. Karena ketajaman pikirannya, diundang ke mana-mana untuk membahas isu-isu politik.

Semakin hari, tak hanya terkenal, sang ayah semakin liar. Tak lama setelah istri sahnya lari dari rumah, ia menggandeng istri baru, janda yang ditinggalkan suaminya karena tidak beranak. Terhadap apa yang terlihat, Jay semakin benci menyaksikan apa yang dilakukan ayahnya. Kebenciannya semakin memuncak ketika pacarnya (Maera/Mae) nyaris disabet oleh sang ayah. Perempuan muda yang sedang kuliah dan memanfaatkan paruh waktunya bekerja di radio pemerintah, RRI. Oleh karena frustasi dengan apa yang dilakukan sang ayah, Jay meninggalkan rumah. Ia menyusuri jalan Mae yang sedari lama bermimpi hidup dan menjadi orang sukses di Jakarta. Di Jakarta, keudanya hidup sekamar, bercinta dengan berbagai gaya, bertengkar dengan segala jenis suara, belajar surfing (aktivitas berselancar di internet). Dari sinilah cikal bakal kehidupan baru Jay, mendaftar dan masuk ke dunia maya.

Awal-awal tinggal di Jakarta, ia disuruh Mae membuat surel dengan maksud mencari job vacancy. Bukan pekerjaan yang ia dapat, malah pergi ke dunia lain, bermain media sosial (Facebook, Twitter, dan Blogger) dan bergabung dengan forum-forum besar dengan berbagai merek dan tujuan (forum puisi, obat-obatan, politik, dan lai-lain). Di Dunia Barun ini, dunia yang ia sebut sebagai dunia kata-kata dan suara, ia berkamuflase menjadi Matajaya. Tak butuh waktu lama ia menjadi orang terkenal, berteman dengan para seleb Dunia Baru (selebblogger). Sebut saja Akardewa dan Kara adalah beberapa seleblogger yang sama-sama saling kenal.

Dunia Baru inilah yang membuatnya berani menentang arus, menjadi orang terkenal dan bukan pecundang seperti dunia nyata. Jay yang tadinya bukan siapa-siapa, bahkan oleh pacarnya sendiri tak bisa diandalkan, mencari kerja tak kunjung dapat, kini Matajaya berkelana di Dunia Baru. Di sini, ia merancang segala bentuk kejahatan untuk melawan perbuatan sang ayah, tentu saja dengan kata-kata dan suara. Sementara ia sibuk di dunia maya, setiap hari Maera sibuk bekerja menjadi penulis berita di surat kabar yang akhirnya ditutup karena kebutuhan akan informasi tersebar luas tanpa bayar hingga pelosok negeri, melalui media sosial dan platform lainnya.

Di tengah kekecewaan oleh karena tidak menemukan cita-cita menjadi orang sukses yang sedari awal telah ia konsepkan, Maera tidak ingin lagi bekerja. Karena tidak bekerja, Maera masuk ke dunia yang sama seperti yang Matajaya lakukan. Di Dunia Baru, keduanya tidak saling kenal. Maera menggunakan nama aslinya. Mereka mengisi dunia baru dengan tulisan dan suara, hal-hal baru yang based on true story dan segala jenis bualan. Dari dunia berita, Maera bergeser posisi dan memilih menulis hal-hal yang berbau sensualitas sambil sedikit menyinggung kelincahan pacarnya di ranjang. Sementara Matajaya, sibuk membohongi pengikutnya dengan menulis segala hal yang omong kosong tentang Amerika, New York. Menjadi fotografer, pencuci piring di restoran, hingga menyebarkan kebusukan sang ayah ke pengagumnya. Semua orang selalu menatikan Maera dan Matajaya bersuara di lorong-lorong dunianya, bahkan mereka yang telah menjadi seleb di Dunia Baru (Akardewa). Maera dan Matajaya tinggal serumah tetapi Maera tidak pernah tahu apa yang dilakukan Matajaya. Ia terus menggap Jay sebagai orang yang tidak bisa apa-apa, padahal ia tidak tahu semenjak ia mengenalkannya internet, sejak itu pula Jay sudah hidup di Dunia Baru. Tentu saja Matajaya berpura-pura dengan Maera, ia tahu apa yang dilakukan pacarnya.

Di tengah ketenarannya di Dunia Baru, suatu hari ia berhasil membuat geger di Dunia Baru hingga ke kehidupan  sang ayah. Ayahnya dibuat kaget dengan berita yang menyudutkan dirinya. Karena merasa terhina, sang ayah melaporkan apa yang terjadi ke pihak berwajib. Setelah lama diselidiki, Jayanegara dengan nama palsunya Matajaya ditangkap di sebuah warnet di sudut kota di Jakarta. Jauh sebelum ditangkap, ia bersama sang ayah berhasil membela adik perempuannya yang bungsu yang dituduh mencemarkan nama baik sekolah dan gurunya hanya karena sang adik mengunggah foto kekerasan yang dilakukan gurunya terhadap temannya yang lain ke dunia maya. Foto yang menceritakan kebenaran. Oleh orang yang merasa dirugikan, kejadian tersebut dilaporkan ke polisi. Akan tetapi, berkat tulisan Matajaya dan kawan-kawan Dunia Baru (Akardewa, Kara, dan lain-lain) yang tersebar di seluruh media sosial, berita tersebut kemudian ditutup seminggu setelah adiknya dilaporkan. Selain itu, ia pernah menjadi pelaku protagonis beberapa kejadian yang menyita perhatian publik, semisal coret mobil, coret sekolah, dan coret masjid. Hari-hari sebelum Matajaya ditangkap, ia berselisih dan diusir Maera dari kosnya.

Maera yang tahu pacarnya ditangkap, ia mendatangi kantor polisi tempat Matajaya ditahan. Kehadiran Maera tentu tidak diharapkan oleh Matajaya karena ia telah diusir dari kos atau bahkan diusir dari kehidupan Maera. Sementara sang ayah yang lembut (Jay bilang pura-pura lembut) memilih memafkan Jayanegara. Ia dihukum selama seminggu sebelum ia dikeluarkan setelahnya, bukan karena tidak bisa diusahakan agar tidak ditahan, tetapi sang ayah memperlakukan keadilan kepada setiap orang. Setelah keluar, Jayanegara kembali ke rumah sang ayah (bukan di Jakarta). Di rumah, ia tak lagi mendapati sang istri kedua. Setelah dicari tahu, ternyata perempuan itu juga telah minggat dari rumah. Penyebabnya sama, sang ayah masih bermain perempuan.

Maera memilih kembali dan tetap tinggal di Jakarta dan menulis apa yang diketahuinya. Ia juga tak jarang berbagi cerita dengan seleb Dunia Baru lainnya, semisal Akardewa. Sementara itu, dendam kepada sang ayah justru terus berkobar di hari Jayanegara. Ia terus berusaha menjatuhkan ayahnya.
Hingga tiba suatu hari, ia menemui sang ibu. Katanya ingin melepas kangen karena hampir selama 5 tahun tidak ketemu. Bukan saja karena kangen, ia ingin memakai jasa ibunya untuk membuka bobrok sang ayah yang semakin hari semakin terkenal. Bahkan info terakhir yang mereka dengar adalah sang ayah akan menjadi dekan. Di sana, di tempat ibunya tinggal, Jayanegara melalui bantuan sang ibu menulis panjang lebar tentang keburukan sang ayah. Oleh Matajaya cerita tersebut disebarkan ke Dunia Baru dan ditanggapi oleh banyak orang hingga akhirnya sang ayah batal menjadi dekan.

Sementara membongkar keburukan sang ayah, Maera diam-diam bertemu dengan orang yang diidolakannya, seleb Dunia Baru, Akardewa. Sungguh kesialan yang tak pernah dibayangkan, Maera ditiduri oleh Akardewa dan video rekaman atas apa yang mereka lakukan itu dengan cepat menyebar ke Dunia Baru. Seperti ada yang menjebak keduanya. Karena malu, Jayanegara menjemput Maera ke Jakarta dan lari ke sebuah desa, sebuah tempat yang membesarkan Profesor Sukendar (ayah Jayanegara) juga Jay, di kediaman ibu dari sang ayah. Di sana Jayanegara dan Maera menikah secara tradisional oleh simbah (neneknya Jay). Di tempat yang selalu diimpikan oleh Jayanegara sedari dulu, bahkan ketika ia baru mengenal Maera.

The End

==========
Author:
ariesrutung95

Sebuah Pembicaraan Tentang Novel Kerumunan Terakhir: Okky Madasari

Kerumunan Terakhir atau dalam versi bahasa Inggris “Last Crowd” adalah salah satu novel yang berhasil mengikat tubuhkan pada sebuah kursi plastik dan memaksa mataku menatap layar 23 inci selama belasan jam. Kenikmatan ceritanya menyita waktuku kurang-lebih 13 jam (membaca sambil ikut merasakan apa yang dirasakan oleh para tokoh) di depan komputer dan barangkali sisanya hanya mondar-mandir ke kamar mandi, buang hajat. Selama itu pula, aku tak menghiraukan cerita yang dibangun manusia-manusia dan dunia sekitarku. Sungguh, aku larut dalam emosi yang dipamerkan melalui cerita. Bahkan, pacarku yang menjengukku sore itu takku hiraukan. Untungnya, dia mengerti setelah kuceritakan bahwa aku sedang sibuk menyelesaikan kisah yang dibangun dengan kata-kata yang penuh keindahan itu. Sembari kubiarkan ia sendiri dengan HP-nya yang penuh dengan games (tentu saja bukan games yang aku sukai), aku sibuk pelototi setiap kalimat dalam cerita itu. Tak jarang, aku cekikikan ketika kudapati kelucuan di tengah cerita yang kubaca. Beberapa kali pacarku heran dengan tingkahku sebelum akhirnya lelah dengan seluruh games yang ter-install pada HP-nya dan pamit pulang tanpa kuantar. Memang tak ingin kuantar karena dia pun tak memintanya.

Hhmm..... Pacar koyok ngono aku iki.... Tapi aku percaya, jika ia ada di posisiku saat itu, perlakuan yang sama jelas kudapatkan. Kebetulan, ia adalah orang yang suka membaca novel dalam bentuk PDF dan tak pernah kutahu apakah ia benar-benar mengingat setiap bagian cerita yang ia baca. I don’t know. Aku tidak ingin meraba-raba pikirannya selain yang lain.

Sorry kalau aku mengulas novel sebaik ini dengan gaya dan bahasa terbasi yang aku punya.
Novel setebal 357 halaman itu (dalam PDF) memaksaku berjaga nyaris sepanjang malam dan mampu menyelesaikannya hingga pukul 05.00. Lebih dari 3 gelas kopi sudah kuteguk selama aku sibuk memfokuskan seluruh perhatianku pada novel tersebut. Sungguh ceritanya menarik. Sebab jika tidak demikian, aku takkan tega menyiksa tubuhku sendiri dan duduk selama belasan jam hanya untuk mengundang ambeien, tanpa air putih pula. Semakin lama membaca, semakin dalam aku merasakan setiap scene yang membangun cerita tersebut. Let’s get it done barangkali niat yang aku tunjukan pada diriku agar novel tersebut bisa kelar kubaca.

Sebetulnya, novel ini sudah sejak lama kuincar. Kala itu, tanpa sengaja di sebuah toko daring yang kuakses dari komputerku sedang mengiklankan novel serupa, sebuah novel yang ditulis oleh Okky Madasari. Setelah kubaca deskripsinya, aku merasa tertarik untuk membelinya. Kebetulan, aku juga sering belanja buku di toko-toko daring. Sebelum memutuskan untuk memesan, aku lebih dulu mencari sinopsisnya. Sebagai manusia kekinian, manusia digital, manusia yang melekat dengan jaringan, komputer, dan HP, manusia yang telah masuk ke Dunia Baru, tentu saja aku selalu lebih dahulu mencari fail PDF dari novel yang kuidamkan di mbahku. Sebab, manusia seperti diriku tak pernah sudi meninggalkan sesuatu yang gratis dan beralih mengakses sesuatu yang dibayar. Apalagi, kualitas yang ditawakan keduanya sama dan tidak ada yang cacat.

Tentu saja, sebuah fail PDF dari novel yang kucari itu telah disebarkan ke internet. Lagi-lagi, Dunia Baru menyediakan segalanya, segala yang kita inginkan. Niat untuk membeli novel di toko daring yang kubaca telah kukubur dalam-dalam. Saatnya membaca apa yang tampak di depan layar. Boleh jadi, yang kau butuhkan hanya segalas kopi untuk menemanimu melewati malam.

Novel yang begitu sempurna. Kisah broken home, ayah yang bejat, perselingkuhan, gelar yang dijadikan topeng, buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya, balas dendam, asmara, mimpi akan masa depan, pekerjaan, jabatan, putus sekolah, dunia maya sebagai Dunia Baru dan hunian baru, demonstrasi, penjara, dan masih banyak konflik lain yang berusaha dibangun dan diangkat oleh novel Kerumunan Terakhir. Seluruh atau sepenuhnya isi dalam novel ini akan dimengerti bila dibaca dengan saksama.

Ending yang sedikit mengecewakan memaksaksaku mengerutkan dahi dan menarik setiap sarafku untuk tidak percaya bahwa akan seperti itu jadinya. Akhir kisahnya tidak terlalu menarik, tetapi itulah cara penulis memulihkan segala ketegangan, ia memilih alur yang kadang-kadang tak disukai orang. Label yang membuatnya berbeda. Sungguh tak bisa ditebak.


Baca Juga:
Sinopsis Novel Kerumunan Terakhir


==========
Author:
ariesrutung95

Bibit Busuk Republik

Indonesia, negeri yang dihuni manusia-manusia berwatak majemuk. Pemerhati urusan akhirat, koruptor, fakir miskin, penguasa, orang-orang terlantar, civitas akademika, semuanya menghuni Indonesia dan dipelihara oleh negara. Memelihara manusia-manusia yang berbudi baik, barangkali sudah lazim di negeri ini. Akan tetapi, yang tidak lazim adalah membiarkan para pembuat maksiat tumbuh subur dan tetap berbangga diri menikmati kekuasaan. Mereka yang berbudi, kendati tak pernah menduduki bangku sekolah dan mengenyam pendidikan tinggi, hatinya tajam dan mampu menilai mana yang beretika dan mana yang tercela. Namun, mata para petinggi negeri seolah-olah sulit menemukan kontras itu bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami.

Ketidaklaziman itu menjadi tanda tanya banyak orang hari-hari ini. Bibit dan pupuk jenis apa yang dipakai negara untuk menghasilkan dan menumbuhkan para elite yang sebagian besar kepentingannya beorientasi pada dompetnya sendiri. Tentu saja tidak semua, tetapi masih ada yang bermental bejat. Lalu siapa yang mengantar mereka kepada kursi kekuasaan, bukankah kita yang disebut rakyat?

Mata publik dibuat buta dan dalam keadaan seperti ini pejabat menyodori proposal yang berisi janji-janji. Semunya dibaluri retorika yang berlebih nan hampa makna dan tidak sempat diuji karena percakapan yang dibangun hanya searah. Dalil yang berlaku  adalah boleh menganggut, membantah dan memeriksa dilarang. Akibatnya, semua janji itu hanya  dapat didengar dan tidak sempat dipilah dan diuji.

Oleh karena itu, elite yang dihasilkan melalui bibit jenis ini bukanlah elite dalam pengertian harfiah kata itu. Betul, mereka adalah pilihan, tetapi pilihan terbaik dari yang terburuk. Mereka yang tumbuh subur oleh karena pupuk buatan dan bukan pupuk alam hanya akan menikmati kefanaan. Itulah problem kita saat ini yang barangkali diangkut dari masa lalu dan diseret masuk ke keadaan sekarang. Mereka yang dipercaya untuk menjaga amanah berbalik menjadi penagih. Mereka yang berdalil berkedudukan sama di hadapan hukum, membuat tukar tambah agar yang lain tetap merayap.

Sekarang, mereka tampak tersenyum lebar di layar kaca, berbahagia mengenakan rompi orange KPK. Semunya diperlihatkan kepada publik melalui kasus-kasus yang satau per satu menyeret pejabat publik. Mudah-mudahan, semakin maraknya pengakapan para koruptor (OTT), negeri ini akan kembali dihuni oleh pemimpin yang amanah, pemimpin yang mementingkan kepentingan umum, peka terhadap teriakan-teriakan minta tolong warga negara yang tak bertahta, dan benar-benar menjadi penyambung lidah rakyat, bukan juru bicara gerombolan mafia.



==========
Author:
ariesrutung95

Pemberantasan Buta Aksara Melalui Kuliah Kerja Nyata Tematik

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, memiliki tujuan, dan dilakukan semata-mata untuk mencapai perubahan, terutama perubahan kualitatif, baik pengetahuan maupun keterampilan. Untuk dapat menggapai perubahan, kemampuan dasar yang harus dimiliki adalah kemampuan mengenal dunia melalui kegiatan membaca dan kemampuan mengorganisasi pikiran, ide, gagasan dan/atau pendapat melalui tulisan. Semua itu dapat diperoleh secara formal maupun informal/nonformal di tengah kehidupan bermasyarakat, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan keluarga.

Sejalan dengan hal di atas, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 Ayat 5 menegaskan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan menghitung bagi segenap warga masyarakat. Oleh karena itu, salah satu bentuk kongkrit dari undang-undang tersebut adalah kehadiran program Pemberantasan Buta Aksara melalui Kuliah Kerja Nyata Tematik (selanjutnya disebut KKN Tematik) yang berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia.

KKN Tematik Pemberantasan Buta Aksara dirancang sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat yang adalah bentuk praktis dari ilmu yang tertuang secara teoretis di bangku kuliah (terutama mahasiswa keguruan) ke dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat luas. KKN Tematik diselenggarakan oleh perguruan tinggi di Indonesia – tak terkecuali Universitas Papua - dengan tujuan memupuk dan mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan menghitung (calistung) dari masyarakat sehingga angka buta aksara dapat ditekan dan masyarakat target dapat melek huruf atau pada tataran yang lebih tinggi dapat melek wacana. Melalui program tersebut, Universitas Papua berusaha mewujudkan pembangunan manusia yang berpendidikan dan berkarakter baik hingga ke daerah-daerah terluar, terdepan, dan tertinggal.

Pelaksanaan KKN Tematik membutuhkan program kerja agar kegiatan dapat berjalan dengan baik, terencana, dan terarah. Program kerja tersebut terepresentasi melaui jurnal harian yang dibuat oleh mahasiswa. Program kerja disesuaikan dengan kebutuhan target yang ada di lapangan dan berlandaskan prinsip praktis, dapat diterima, berkelanjutan, dan partisipatif. Untuk dapat menentukan program kerja yang sesuai, dibutuhkan pengamatan yang cermat dan wawancara yang mendalam terhadap target yang akan dijadikan warga belajar.


==========
Author:
ariesrutung95

Kuliah Dinyatakan Melalui Kerja

Setelah sekian lama vakum dari dunia menulis (kurang-lebih dua bulan), hari ini kembali memosting sebuah artikel tentang aktivitas yang penulis lakukan selama dua bulan terakhir. Aktivitas yang akan diuraikan di sini berkelindan dengan masa depan penuli, terutama pendidikan. Sebelum bertele-tele, maaf jika bahasa dalam tulisan ini sedikit menggunakan istilah-istilah ilmiah dan memadukannya ke dalam bahasa biasa.

Sejak 18 Juni 2019, penulis mempersiapkan diri melaksanakan salah satu mata kuliah pada semester tujuh, yakni Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diadakan oleh Universitas Papua. Persiapan dilangsungkan selama dua hari dan hari ketiga setelah persiapan, penulis berangkat menuju lokasi bersama tim KKN lainnya. Perjalanan untuk menempuh lokasi KKN menggunakan transportasi darat (mobil) kurang-lebih selama dua 5 jam karena sering singgah-singgah dalam perjalanan. Menurut informasi yang didapat, jika laju kendaraan stabil dan tidak singgah-singgah, perjalanan hanya memakan waktu 3 jam. Penulis dan tim berada di lokasi pada 22 Juni 2019 dan pada hari itu juga diterima dengan sangat baik oleh warga kampung tempat penulis dan tim akan melaksanakan tugas. Kampung yang menjadi sasanan KKN penulis adalah salah satu kampung di Kabupaten Manokwari Selatan, Distrik Momi Waren, yakni Kampung Demini. Kampung yang memiliki ratusan penduduk, dua PAUD, perguruan tinggi, pasar, gereja, masjid, dan terminal. Selain kelebihan itu, di sini penulis tidak dapat menjalankan rutinitas harian, seperti googling, berinternet, atau bermedia sosial karena tidak ada akses internet. Bahkan jaringan untuk menelpon pun tidak ada.

Pada 23 Juni 2019, penulis memulai aktivitas pertama di kampung ini, yakni beribadah dan mengajar. Penulis merupakan salah satu mahasiswa yang mengambil kegiatan Pemberantasan Buta Aksara melalui program calistung (membaca, menulis, dan menghitung).  Kegiatan mengajar pada hari itu dilakukan sore hari dengan target anak-anak yang ada di sekitar posko, tempat tinggal penulis dan tim. Penulis bersama seorang teman yang juga mengikuti program pemberantasan buta aksara. She is Wa Ode.

Kegiatan pembelajaran dilakukan selama kurang-lebih sebulan, terhitung sejak 23 Juni 2019 sampai dengan 28 Juli 2019. Begitu banyak pengalaman yang penulis ambil dari kegiatan ini, baik pengalaman yang berkaitan dengan anak-anak didik, berkaitan dengan diri penulis, berkaitan dengan tim, berkaitan dengan program kerja, dan berkaitan dengan warga masyarakat setempat. Di sela kesibukan (selama di tempat KKN), penulis sering menulis, bermain gitar, dan bercengkrama dengan tim. Bahkan, tak jarang anak-anak dari posko lain datang bertamu di posko penulis, sekadar refreshing atau saling bertukar pikiran mengenai program kerja.


==========
Author:
ariesrutung95

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA