November 2017 | Anak Pantai

Pemilihan kata dan tujuannya dalam Bahasa Indonesia - Balai Bahasa Papua

Orang yang menyatakan pikiran atau gagasannya dengan bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis, biasanya menimbang-nimbang kata apa yang sebaiknya digunakan. Hasilnya tampak pada bahasa yang digunakan orang itu. Jika gagasan orang dapat dipahami dengan cepat dan tepat, dapat dikatakan pilihan kata orang itu baik. Pilihan kata juga dapat menimbulkan kesan tertentu tentang pemakainya, misalnya apakah orang itu suka berkelakar, memiliki tenggang rasa, atau bersikap ragu-ragu. Oleh karena itu, yang pertama-tama harus diperhatikan dalam pilihan kata adalah arti atau maknanya.

Diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.

Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya. Bentuk kata yang sama mempunyai arti yang lain dalam konteks yang berbeda. Contohnya seperti berikut ini.
  • Amir membersihkan kaki tangannya yang kotor. Kata kaki tangan pada kalimat di atas berarti anggota tubuh yang dapat dipakai untuk berjalan dan untuk memegang sesuatu.
Kata kaki tangan pada kalimat berikut ini berbeda artinya.
  • Kaki tangan gembong perampok itu juga sudah ditangkap. Kata kaki tangan pada kalimatini berarti ‘pembantu’ atau ‘anak buah’.
Informasi yang sama dapat disampaikan dengan cara yang berbeda. Penyampaian informasi dilakukan dengan cara tertentu, antara lain dengan mempertimbangkan siapa penerima informasi itu. Jika tidak, dapat terjadi informasi itu tidak tertangkap dengan baik. Sekadar contoh, andaikan sebuah cerita anak-anak terdapat terjemahan teks yang harfiah yang menggambarkan peristiwa kecelakaan, seorang polisi meminta penjelasan kepada pengendara mobil yang menabrak toko dengan kalimat berikut.
  • Engkau harus punya penjelasan terhadap kejadian ini, Pak. Kalimat ini kiranya terasa aneh bagi anak-anak.
Bandingkan kalimat di atas dengan dua kalimat berikut ini.
  • Bapak harus menjelaskan semua ini.
  • Mengapa bisa terjadi seperti ini, Pak?
Contoh di atas kiranya dapat memberikan gambaran sekilas tentang pengertian pilihan kata dan cara pemilihan kata.
Tujuan Pemilihan Kata
Tujuan pilihan kata, selain mempercermat pengungkapan gagasan, juga menjadikan bahasa  yang digunakan lebih hidup, menarik, dan juga tidak membosankan, serta agar kalimat yang disusun dapat dicerna dan dipahami pembaca atau  pendengarnya dengan baik. Perhatikan kalimat berikut.
  • Pembangunan pasar yang akan menelan biaya sekitar lima miliar rupiah itu mulai dibangun tahun depan.
Pada kalimat di atas terdapat kejanggalan. Kalau disederhanakan, kalimat itu menjadi:
  • Pembangunan pasar dibangun tahun depan.
Kita dapat menyatakan membangun pasar, bukan membangun pembangunan pasar. Oleh karena itu, kata dibangun kita ganti dengan dilaksanakan atau dimulai. Jadi kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti dua kalimat berikut ini.
  • Pembangunan pasar yang akan menelan biaya sekitar lima miliar rupiah itu mulai dilaksanakan tahun depan.
  • Pembangunan pasar yang akan menelan biaya sekitar lima miliar rupiah itu dimulai tahun depan.
Pengulangan bentuk yang bermiripan secara terus-menerus, selain membosankan, juga kadang-kadang menjadi berlebihan dan tidak diperlukan. Contohnya pada kalimat berikut ini.
  • Perjuangan para pahlawan yang berjuang melawan penjajah patut kita kenang dan kita hargai. Kalimat ini dapat diubah menjadi kalimat-kalimat berikut ini.
  • Perjuangan para pahlawan melawan penjajah patut kita kenang dan kita hargai.
  • Para pahlawan yang berjuang melawan penjajah patut kita kenang dan kita hargai.
Dua kalimat baru di atas berbeda makna, tetapi lebih cermat daripada kalimat sebelumnya.

Berikut ini juga terdapat contoh penggunaan kesalahan pemilihan kata.
  • Putusan daripada pemerintah tentang jenjang kepangkatan  guru sangat membesarkan hati kaum pendidik Indonesia.
  • Itulah rumah di mana terjadinya pembunuhan yang kejam itu.
  • Ketika saya datang, dia lagi tidur.
  • Banyak surat-surat yang masuk ke kantor redaksi.

Sumber:
http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/diksi-atau-pemilihan-kata.html
Balai Bahasa Papua - Materi Seminar Penyuluhan Bahasa bagi pemangku kepentingan luar ruang

Bentuk kata dalam Bahasa Indonesia - Balai Bahasa Papua

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil. Berikut ini akan kita pelajari bersama Bentuk Kata dalam Bahasa Indonesia. Mari kita sama-sama membaca!


BENTUK KATA DALAM BAHASA INDONESIA

Yohanis Sanjoko
Balai Bahasa Papua
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Bentuk Kata
Dari segi bentuknya, kata dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas kata dasar dan kata berimbuhan. Kata berimbuhan adalah kata yang dibentuk dari kata dasar dan imbuhan. Proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia berupa (1) pengimbuhan, (2) pengulangan, dan (3) pemajemukan. Hasil proses pembentukan kata itu secara berturut-turut disebut kata berimbuhan (kata turunan), kata ulang, dan kata majemuk.

Dalam istilah linguistik imbuhan itu disebut juga afiks. Imbuhan itu terdiri atas awalan (prefiks), misalnya berjalan, menulis, diberi; sisipan (infiks), misalnya gerigi, gemetar, atau telunjuk; akhiran (sufiks), misalnya jabatan, tulisi, dan ambilkan; dan gabungan imbuhan atau imbuhan terbagi (konfiks), misalnya kelancaran, kesalahan, dan perkelahian. Awalan melekat di awal kata, sisipan tersisip di tengah kata dasar, dan akhiran melekat di akhir kata dasar serta konfiks melekat secara bersamaan, yaitu di awal dan di akhir kata dasar.
Bentuk Kata yang Bersistem
Dalam bahasa Indonesia, pembentukan kata itu mempunyai sistem tertentu. Awalan me- atau pe-, misalnya, mempunyai dua macam bentuk, bentuk yang pertama merupakan bentuk tanpa nasal dan bentuk yang kedua adalah bentuk dengan nasal (men-, meng-, dan meny-). Awalan me- atau pe- tanpa nasal muncul jika dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali huruf y, l, w, r, m, n, ny, dan ng. Misalnya:
    me- + lariskan = melariskan
    me- + mandikan = memandikan
    me- + nasihati = menasihati
    me- + nyanyikan = menyanyikan
    me- + rayakan = merayakan
    me- + yakinkan = meyakinkan
    me- + wariskan = mewariskan
    me- + ngangakan = mengangakan      
Dalam kenyataan berbahasa, bentukan yang menyalahi sistem adalah bentuk penglaris dan pengrajin. Kedua bentuk kata ini salah dan harus disunting menjadi pelaris dan perajin. Jadi, bentuk penglaris dan pengrajin itu menyalahi kaidah karena kedua dasar itu diawali huruf l dan r (tidak terjadi persengauan).

Yang kedua, awalan me- jika dilekatkan pada kata dasar yang diawali fonem a, i, u, e, o, k, h, dan kh bentuknya berubah menjadi meng-. Misalnya:
    me- + angkat = mengangkat    
    me- + esakan = mengesakan
    me- + ikat = mengikat       
    me- + kukuhkan = mengukuhkan
    me- + ukir = mengukir        
    me- + goda = menggoda
    me- + elak = mengelak        
    me- + khawatir = mengkhawatirkan
    me- + olah = mengolah        
    me- + hirup = menghirup
     
Dengan demikian, bentuk yang kedua ini tidak ada masalah. Walaupun demikian, kaidah pembentukan kata yang perlu mendapat perhatian adalah jika fonem awal kata dasarnya dimulai dengan konsonan k, p, t, s jika mendapat awalan me- atau pe-, konsonan awal kata dasar itu menjadi luluh. Misalnya:
    me- + kait = mengaitkan       
    me- + saran = menyarankan
    me- + pukul = memukul        
    me- + tayangkan = menayangkan
       
Sehubungan dengan kaidah di atas, dalam pembentukan kata, kita harus taat asas (konsisten). Kita harus mengikuti sistem yang ada, misalnya bentuk kait-mengkait, mengkikis, mengkoreksi, mensukseskan, mentayangkan, menterjemahkan, dan mentaati menyimpang dari sistem yang ada karena kata dasar yang diawali konsonan k, p, s, t, jika mendapat me- atau pe- (nasal), harus luluh. Oleh karena itu, bentuk yang benar adalah kait-mengait, mengikis, mengoreksi, menyukseskan, menayangkan, menerjemahkan,dan menaati. Namun, dalam praktik berbahasa, bentuk-bentuk yang menyimpang itu selalu muncul. Kita sebagai penyunting tidak dapat membiarkan bentuk yang menyimpang itu dan harus kita luruskan. Kadang-kadang bentuk yang seharusnya tidak luluh malah diluluhkan. Oleh karena itu, dalam tulisan tidak jarang kita jumpai bentuk menyukuri dan mengawatirkan. Bentuk seperti itu tidak sesuai dengan kaidah karena konsonan sy dan kh tidak pernah luluh jika mendapat awalan me-. Bentuk yang benar adalah mensyukuri dan mengkhawatirkan. Namun, ada bentuk yang seharusnya perlu dibedakan dengan tidak meluluhkan konsonan k di awal kata dasar. Peluluhan itu tidak terjadi karena untuk membedakan makna tertentu. Awalan me- pada kata kaji, misalnya, melahirkan bentuk mengaji (membaca dan mempelajari Alquran secara mendalam) dan mengkaji (mempelajari atau menelaah secara mendalam bidang ilmu tertentu). Jadi, bentuk kata mengkaji dipakai untuk bidang ilmu tertentu yang umum dan mengaji untuk membaca atau mempelajari Alquran (lebih khusus). Kedua bentuk itu (mengaji dan mengkaji) dapat dipakai dan kedua bentuk itu baku. Akan tetapi, pemakaian bentuk mengkaji (pengkajian) pada kalimat (1.1) berikut ini tidak betul.
(1.1)  Tadi malam diadakan pengkajian dan tahlilan di rumah seorang menteri.
Pemakaian kata mengkaji pada kalimat (1.1) tidak tepat karena yang dimaksud adalah membaca Alquran. Bentuk yang tepat dipakai adalah pengajian bukan pengkajian.
Sehubungan dengan uraian pembentukan kata tersebut di atas, bentuk ngebut dan ngopi bukanlah bentuk yang baku. Bentuk itu sebenarnya diturunkan dari bentuk me- + kebut dan me- + kopi. Oleh karena itu, sesuai dengan kaidah pembentuk kata, bentuk me- + kebut dan me- + kopi seharusnya menjadi mengebut atau mengopi.

Kata dasar yang konsonan awalnya c, seperti curi, colok, cinta, dan cubit jika mendapat awalan me- konsonan c pada awal kata itu tidak luluh. Oleh karena itu, bentuk menyuri, menyolok, menyintai, dan menyubit bukanlah bentuk yang baku. Bentuk yang benar adalah mencuri, mencolok (pada mencolok mata), mencintai, dan mencubit.

Ketaatasasan dalam berbahasa memang diperlukan agar pemakai bahasa mempunyai pegangan atau acuan berbahasa. Sebagaimana kita ketahui, orang awam berbahasa tidak berdasarkan kaidah, tetapi berdasarkan contoh dari pemakai bahasa yang lain. Oleh karena itu, ketidakseragaman dalam penerapan kaidah bahasa, misalnya suatu kali kita menuliskan menayangkan dan pada kesempatan lain kita menuliskan mentayangkan, tentu dapat membingungkan pemakai bahasa. Berkaitan dengan itu, kata-kata yang berasal dari bahasa asing memang masih diperlakukan berbeda-beda bergantung kepada kekerapan dan lamanya kata itu kita pakai. Misalnya, jika suatu kata dirasakan masih baru, proses peluluhannya belum berlaku. Artinya, kaidah peluluhan seperti yang terdapat dalam bahasa Indonesia belum diterapkan sepenuhnya. Akan tetapi, jika sudah kita anggap kata Indonesia, kata itu diperlakukan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sekarang ini sudah banyak kata asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan berbagai gugus konsonannya, seperti stabil, produksi, klasifikasi, trasnfer, protes, dan kritik. Jika kata itu dibentuk dalam bahasa Indonesia, gugus konsonan yang terdapat di awal kata itu tidak luluh. Jadi,
me- + produksi = memproduksi    
me- + transfer = mentransfer
me- + klasifikasi = mengklasifikasi   
me- + stabil+ -kan = menstabilkan

Dalam bahasa Indonesia terdapat kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata. Kata dasar yang terdiri atas satu suku ini, jika mendapat awalan me-, bentuknya berubah menjadi menge-, seperti tampak pada contoh berikut ini.
    me- + tik = mengetik bukan mentik   
    me- + rem = mengerem bukan merem
    me- + lap = mengelap bukan melap   
    me- + lem = mengelem bukan melem
    me- + cek = mengecek bukan mencek   
    me- + cat = mengecat bukan mencat
    me- + pel = mengepel bukan mempel   
    me- + las = mengelas bukan melas
    me- + bom = mengebom bukan membom

Yang berikutnya yang perlu kita ketahui adalah penulisan bentuk ulang. Bentuk ulang ditulis penuh dengan membubuhkan tanda hubung di antara kedua kata ulang itu, misalnya kuda-kuda, rumah-rumah. Kata ulang yang berimbuhan kaidahnya adalah pengulangan bentuk turunan yang kata dasarnya tidak menglami peluluhan hanya dengan mengulang kata dasarnya kembali, misalnya mengaduk-aduk, mengulang-ulang, mengacak-acak bukan mengaduk-ngaduk, mengulang-ngulang, atau mengacak-ngacak. Akan tetapi, jika kata dasarnya mengalami peluluhan, bentuk pengulangannya juga mengalami peluluhan, misalnya menulis-nulis, mengantuk-ngantuk bukan menulis-tulis, mengantuk-kantuk.

Sumber:
Materi Penyuluhan Bahasa Indonesia, Balai Bahasa Papua, Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Proses Morfologi Bahasa Indonesia

Proses morfologis pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk kata dasar melalui pembubuhan afiks, pengulangan, penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status (Chaer, 1998:25). Proses morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara menghubungkan satu morfem dengan morfem yang lain atau proses yang mengubah leksem menjadi sebuah kata.
 
PROSES MORFOLOGI DALAM BAHASA INDONESIA


Siprianus Aris
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia - FKIP - Universitas Papua
Pos-el: ariessipriano@gmail.com



Jenis Proses Morfologi 
Pengafiksan
Pengafiksan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afik dalam bahasa indonesia dapat berupa prefiks atau awalan, sufik atau akhiran, infiks atau sisipan, dan konfiks/simulfiks (awalan dan akhiran) atau oleh J. S. Badudu menyebutnya morfem terbagi.
Afiks merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentuk pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata.
  1. Prefiks
    Prefiks adalah imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar yang sering disebut awalan. Jenis prefiks antara lain meN-, di-, ber-, ter-, ke-, per-, se-, dan peN-. Contoh prefiks dalam kata BI antara lain: ber- (ber+serta, ber+kerja, ber+uang, ber+janji, ber+buah, ber+runding); se- (se+luas, se+lebar, se+rumah, se+lama, se+belum, se+telah); peN- (peN+tanya, peN+ambil, peN+makan, peN+waris, peN+latih); di- (di+tagkap, di+curi, di+lamar, di+paksa, di-cabut); meN- (meN+dapat, meN+larang, meN+konsumsi, meN+kalah, meN+ambil); ter- (ter+angkat, ter+kejut, ter+jadi, ter+ulang, ter+rawat, ter+rasa, ter+rendam); ke- (ke+luar); per- (per+riang, per+tanda, per+angkat, per+rusak).
  2. Sufiks
    Sufiks adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, atau morfem terikat yang yang diletakkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata. Contoh sufiks dalam BI adalah -i, -an, dan -kan. Dalam bahasa sansekerta ada sufiks -wan, -ma, wati. Sufiks dalam bahasa asing seperti -ir, -is, -isme, -asi, -isasi, -si, -il, -al, -if, -ik, -ika, -er, -or, -an, -um, -us, -si, -ing, dan lain-lain. Contoh kata asing: demonstrasi, standarisasi, produksi, produsen, produser, produsir, direktur, direksi, direktorium, dsb. Contoh sufiks dalam kata BI, antara lain: -an (darat+an, hukum+an, maki+an, ribu+an, larang+an, laut-an); -i (garam+i, menembak-i, tabur+i, siram+i, basuh+i); -kan (buka+kan, keluar+kan, masuk+kan, naik+kan, tarik+kan, laku+kan, beri+kan, misal+kan, terus+kan).
  3. Infiks
    Infiks adalah morfem yang disisipkan atau diselipkan di tengah kata dasar (sisipan). Contoh infiks dalam BI antara lain -el-, -er-, -em-, dan -in-. Contoh dalam kata bahasa indonesia antara lain -er- (gigi+ (-er-), sabut+ (-er-), suling+ (-er-), cerita+ (-er-)); -el- (tunjuk+ (-el-), gembung + (-el-), luhur+ (-el-); tapak+ (-el-); maju+ (-el-)); -em- (guruh+ (-em-); jari+ (-em-); kilau+ (-em-); tali+ (-em-); turun+ (-em-)); -in- (kerja+(-in), sambung+(-in-)).
  4. Konfiks dan Kombinasi Imbuhan
    Konfiks adalah dua afiks yang merupakan satu kesatuan. Contoh konfiks dalam bahasa indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an. Contoh kata berkonfiks antara lain: kecamatan, kelautan, keburukan, keadilan, pendudukan, pendinginan, pembukuan, persekutuan, perseteruan, perdamaian, berserakan, bertebaran, berdesakan.
  5. Simulfiks adalah afiks yang bergabung menjadi satu secara bertahap. Contoh simulfiks dalam BI adalah men-kan, meN-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, ter-kan, per-kan, dan se-nya. Contoh simulfiks dalam kata antara lain: mendengarkan, membicarakan, membacakan, menuliskan, memberikan, membacai, menulisi, mencubiti, menciumi, memperdengarkan, mempertontonkan, mempersilakan, mempersenjatai, memperbaharu, bersekutukan, beralaskan, bersenjatakan, terjatuhkan, terjemahkan, terabaikan, pertukarkan, pertaruhkan, persuamikan, seindah-indahnya, secantik-cantiknya, dan sejelek-jeleknya.
Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pembentukan kata melalui pengulangan bentuk dasar melalui berbagai cara. Tidak semua kata ulang masuk dalam jenis reduplikasi yang merupakan proses morfologi. Ada beberapa jenis reduplikasi dalam bahasa indonesia antara lain: reduplikasi seluruh, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi perubahan fonem.
  1. Reduplikasi seluruh adalah bentuk ulang dengan cara mengulang seluruh bunyi tanpa adanya perubahan sama sekali. Contoh dalam kata masjid-masjid, gereja-gereja, kata-kata, sama-sama.
  2. Reduplikasi sebagian adalah bentuk dasar nya morfem kompleks atau berimbuhan sedangkan yang diulang bentuk dasarnya atau sebalinya. Contoh dalam kata menendang-nendang, menolong-nolong, membaca-baca, tulis-menulis, membuka-buka, bersiul-siul dan lain sebagainya.
  3. Reduplikasi perubahan fonem adalah bentuk pengulangan yang sebenarnya penuh tetapi terdapat bunyi yang berbeda. Contoh dalam kata lauk-pauk, gerak-gerik, bolak-balik, sayur-mayur, mondar-mandir, dan lain sebagainya.
Komposisi
Komposisi adalah proses morfologi dengan cara menggabungkan dua morfem dan membentuk satu kesatuan makna. Ciri-cirinya adalah hubungan unsur pembentuknya rapat, unsur pembentuknya tidak dapat dipertukarkan, dan salah satu atau semua unsurnya merupakan pokok kata. Contoh dalam kata kamar mandi, kambing hitam, rumah sakit, kaki tangan, orang tua, kepala batu, besar kepala, mata pelajaran, dan lain sebagainya.

Abreviasi
Abreviasi atau pemendekan adalah proses morfologis dengan cara menanggalkan satu atau sebagian morfem sehingga menjadi bentuk baru yang mempunyai status kata. Dalam bahasa indonesia, abreviasi dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah pemenggalan, kontraksi, akronim, singkatan, lambang huruf, perubahan interen, dan pergeseran katagori.
  1. Pemenggalan adalah  pembentukan kata melalui suku kata melalui suku dari suatu morfem yang biasanya muncul dalam bahasa lisan. Contoh dalam kata Bu, Pak, dok, Kak, Dik, dan lain sebagainya.
  2. Kontraksi adalah proses pembentukan kata dengan cara meringkas morfem dasar atau gabungan morfem. Contoh dalam kata tak, takkan, begini, begitu, kenapa, kan, mas, dan lain sebagainya.
  3. Akronim adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis atau dilafalkan sebagai kata dan biasanya diapakai sebagai hiburan. Contoh dalam kata kutilangdarat, sikontol, simatupang, manula, balita, batita, dubes dan lain sebagainya.
  4. Singkatan adalah proses pembentukan kata melalui pemendekan berupa huruf. Pelafalan dieja huruf demi huruf atau diucapkan kepanjangannya. Contoh dalam kata MPR, DPA, S.Pd, SMA, km, dll, dsb, dan lain sebagainya.
  5. Lambang huruf adalah adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep, kunatitas, satuan, atau unsur. Contoh dalam kata gr, cm, c, l, dan lain sebagainya.
  6. Perubahan interen adalah proses pembentukan kata melalui perubahan vokal atau konsonan yang terdapat dalam morfem dasar. Contoh dalam kata dewa-dewi, pemuda-pemudi, saudara-saudari, karyawan-karyawati, direktur-direktris, dan lain sebagainya.
  7. Pergeseran kategori adalah pergeseran kelas kata sebagai akibat adanya proses morfologi. Suatu morfem yang awalnya tergolong kelas kata benda akibat proses morfologi menjadi kelas kata kerja. Contoh dalam kata batu-membatu, besar-membesar, kuning-menguining, makan-makanan, minum-minuman, kerja-kinerja dan lain sebagainya. 

REFERENSI
Budiman, Sumiati. 1987. Sari Tata Bahasa Indonesia. Klaten: PT. Intan Pariwara.
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Finoza, Lamuddin. 2006. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores: Nusa Indah
Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Gramedia
Ariyanto. 2009. Linguistik Indonesia I: Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 2009.  Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono.
---------- 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono

Memahami teks ulasan drama/film - Kuliah Umum dosen tamu

Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap suatu karya (drama atau film). Mengulas suatu film dan drama mengharuskan kita untuk bersikap kritis. Sikap kritis ini sangat penting agar ulasan yang kita tulis tersebut berkontribusi bagi kemajuan film dan drama itu sendiri. Teks ulasan ada beberapa bentuk, misalnya untuk membahas ulang karya buku/novel, buku sastra atau pementasan drama/film. Untuk teks ulasan karya tulis, kita sering menyebutnya dengan istilah ‘Resensi’ sedangkan yang akan kita bahas kali ini adalah Teks Ulasan Drama/Film.

Silahkan download file presentasinya di bawah ini....



Terima kasih telah berkunjung......


Implementasi K13 berbasis strategi inovatif dalam Bahasa Indonesia

Dalam dunia pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan dan menjadi komponen yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Dengan adanya kurikulum, proses belajar dan pembelajaran akan berjalan secara terstruktur dan tersistem demi mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan kurikulum menjadi sangat penting sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan perubahan pada masyarakat.

Kurikulum 2013 atau yang sering disebut K13 merupakan salah satu jenis kurikulum yang berkembang dalam dunia pendidikan Indonesia yang adalah hasil pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini bertujuan tidak lain untuk lebih memperbaiki lagi kualitas pendidikan yang ada saat ini. Kurikulum diimplementasikan dalam lapangan pada tahun 2013 yang lalu.



Materi Kuliah Umum Dosen Tamu - Universitas Negeri Malang

Selamat sore sahabat Anak Pantai. Berikut ini saya bagikan materi kuliah umum dengan menghadirkan dosen tamu dari Universitas Negeri Malang (UNM) yang diadakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Papua, pada 22 November 2017 yang baru pertama kali diadakan. Silahkan klik pada tanda lepas di bawah ini untuk dapat mendownloadnya.



Terima kasih sudah berkunjung...

Bahasa Indonesia dalam Surat-menyurat

Selamat membaca sahabat Anak Pantai. Sangat senang berjumpa kalian dalam artikel ini. Semoga materi yang saya bagikan ini bermanfaat buat sahabat semua...


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA