October 2017 | Anak Pantai

Cara Menyimpan File Dalam Jaringan (Daring) - Google Drive

Beberapa waktu lalu masyarakat pengguna kartu prabayar (Kartu SIM) dikejutkan dengan munculnya   pesan Registrasi Ulang Kartu Prabayar dari Telkomsel yang bekerja sama dengan Kementerian Kominfo dan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Karena pemberitahuan ini sifatnya wajib dan secara tiba-tiba, sehingga banyak teman-teman yang kesulitan dalam mengakses informasi Nomor Kartu Kelurga dan Nomor Induk Kependudukan, sehingga banyak orang yang pasrah dengan keadaan dan memilih untuk berdiam diri, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kehadiran artikel ini memang bukan untuk menjawab permasalahan yang dialami oleh teman-teman di atas, namun hanya untuk mengantisipasi kejadian yang sama di kemudian hari. Itulah alasan yang memicu penulis menulis artikel ini dengan judul Cara Menyimpan File Dalam Jaringan (Daring) – Google Drive, dengan memanfaatkan layanan yang disediakan oleh Google yaitu Google Drive. Dengan seperti ini, kita akan mudah mengakses file-file (sangat direkomendasikan dokumen dalam bentuk file word, pdf, ppt, dan foto) ketika kita butuh di manapun dan kapanpun, asalkan kita terhubung ke jaringan. Sebenarnya ada banyak layanan yang dapat kita gunakan untuk menyimpan file secara online, seperti misalnya Dropbox, Microsoft Skydrive, iCloud dan lain sebagainya.

Informasi tambahannya adalah bahwa dengan menggunakan layananan penyimpana secara virtual (tidak nyata), kita tidak perlu takut file kita hilang. Hal yang paling penting adalah, layanan Google Drive menyediakan media penyimpanan secara gratis dengan kapasitas 15 GB atau anda dapat menambah kapasitas dengan layanan penyimpanan yang berbayar mulai dari 27.000/bulan untuk kapasitas 100 GB dan 135.000/bulan untuk kapasitas 1000 GB.
Bagi penulis, memanfaatkan kapasitas 15 GB sudah lebih dari cukup bahkan seluruh file yang ada di dalam laptop milik penulis sudah disinkronkan dengan Google Drive. Jadi setiap kali kita menambahkan file baru ke dalam komputer, Google Drive akan secara otomatis menyesuaikan atau dengan sendirinya file-file tersebut ter-upload selama kita terhubung dengan jaringan internet. Yang tidak kalah pentingnya lagi, untuk dapat menggunakan layanan Google Drive, kita harus memiliki akun email. Jika sudah memiliki email, mari kita sama-sama menyimak langkah-langkah kerja berikut ini.
  1. Buka aplikasi mesin pencari anda, terserah menggunakan apa (penulis menggunakan FireFox). Kemudian ketikkan www.google.com pada address bar. Setelah situs google terbuka, akan tertampil jendela seperti di bawah ini. Kemudian klik pada icon/gambar yang diberi kotak warna hijau.
    Gambar 1.1 Beranda Situs Google
  2. Jika pada langkah pertama dilakukan dengan benar, maka selanjutnya akan masuk pada jendela aplikasi layanan google seperti di bawah ini. Lalu klik pada icon google drive yang ditandai dengan kotak berwarna hijau.
    Gambar 1.2 Aplikasi Layanan Google
  3. Karena kita baru pertama kali menggunakan layanan google yang satu ini, maka pada langkah ini yang kita lakukan adalah login terlebih dahulu dengan akun email. Pada tutorial ini penulis menggunakan akun pribadi penulis. Silahkan anda menyesuaikan. Setelah selesai memasukan email klik next kemudian akan muncul jendela selanjutnya yaitu kata sandi, silahkan dimasukkan lalu klik sign in.
    Gambar 1.3 email atau nomor telepom
    Gambar 1.4 Kata Sandi
  4. Jika sudah berhasil login dengan baik tanpa ada kendala, maka yang seharusnya terjadi kemudian adalah anda masuk pada tampilan jendela utama Google Drive seperti berikut ini.
    Gambar 1.5 Jendela Beranda Google Drive
  5. Untuk mengupload (mengunggah) file ke dalam Google Drive, langkahnya adalah sebagai berikut. Klik pada tulisan BARU, pilih pilihan upload file, lalu cari file yang akan anda unggah pada jendela yang muncul. Dalam tutorial ini penulis mengunggah file dokumen Tugas I Morfologi yang letaknya di Drive D pada induk folder UNIPA 2016SEMESTER IIIMorfologi. Jika sudah selesai mencari file-nya, jangan lupa klik OK atau klik ganda (double click) pada file yang di-upload tersebut. Lihat gambar!
    Gambar 1.6 Memasukan File ke oogle Drive
    Gambar 1.7 Menentukan Lokasi File
  6. Jika sudah berhasil diunggah, pesan seperti pada gambar di bawah ini akan muncul, serta pada beranda Google Drive akan muncul file baru yaitu file yang baru saja anda upload (dalam contoh, Tugas I Morfologi).
    Gambar 1.8 Unggahan berhasil

    Gambar 1.9 File yang diunggah ke Google Drive
  7. Jika sudah sampai pada langkah diatas, maka anda sudah berhasil menyimpan file dalam Google Drive. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah bagaiamana cara men-download (mengunduh) file yang sudah kita upload? Atau bagaimana kita dapat membuka file tersebut? Caranya sangat gampang. Klik kanan pada file sehingga akan muncul pilihan seperti gambar di bawah ini. Jika ingin membaca saja klik pilihan pratinjau, namun jika ingin mengunduhnya maka pilih pada pilihan download dan ikuti instruksi selanjutnya. Lihat gambar agar lebih jelas!
    Gambar 1.10 Cara Melihat/Membuka File

    Gambar 1.11 Cara Mengunduh/Mendownload File
  8. Bisa juga dengan cara double click pada file untuk membuka, kemudian setelah terbuka klik pada icon download yang ditandai dengan kotak berwarna merah seperti pada gambar di bawah ini.
    Gambar 1.12 Cara lain untuk melihat dan mengunduh file
     
    OK, Sahabat. Sekian artikel ini, smeoga bermanfaat. Jangan lupa dishare yah jika bermanfaat. Bagi yang kurang paham, silahkan berkomentar pada kolom komentar di bawah ini.

Penting!! Registrasi Ulang Kartu Prabayar Anda!

“Per 31 Oktober 2017, pelanggan wajib registrasi ulang nomor prabayar dengan validasi Nomor Induk Kependudukan dan nomor Kartu Kelurga,” tulis Kominfo dalam pesan singkat yang diterima pelanggan operator seluler Tanah Air.

Peraturan registrasi ini sendiri tercantum dalam Peraturan Menteri (PM) No. 14 Rahun 2017 yang merupakan revisi dari PM No.12 Tahun 2016 Tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi.Tak hanya bagi pelanggan yang akan membeli SIM card baru, pelanggan lama pun diharuskan melakukan registrasi. Aturan yang mulai berlaku per 31 Oktober ini, dirancang untuk memvalidasi identitas asli pengguna dengan menggandeng Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).

Diakui Kominfo, selama ini data identitas yang dikirimkan oleh pelanggan operator belum tervalidasi dengan baik. Oleh karenanya, aturan ini diharapkan dapat mengatasi validasi data tersebut.
Proses validasi sendiri bisa dilakukan oleh pelanggan secara mandiri dengan cara mengirimkan data diri melalui SMS. Caranya ialah dengan mengirimkan pesan ke nomor 4444 dengan format REG (spasi) NIK#NomorKK#. Informasi tersebut harus sesuai dengan NIK yang tertera di KTP-el dan KK agar proses validasi ke database berhasil.

Sumber:
https://techno.okezone.com/read/2017/10/12/207/1794037/akhirnya-kominfo-mulai-sebar-sms-registrasi-sim-card-baru.html
https://kominfo.go.id/content/detail/10954/akhirnya-kominfo-mulai-sebar-sms-registrasi-sim-card-baru/0/sorotan_media



Darang - Kuliner Khas Daerah Manggarai

Kuliner merupakan hasil olahan bahan makanan dalam bentuk masakan berupa lauk-pauk atau lain sebagainya. Kuliner tidak terlepas dari kegiatan masak-memasak yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan sehari-hari. Kata kuliner merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yaitu culinary yang artinya berhubungan dengan dapur atau masakan. Jika dicari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kuliner mungkin tidak ditemukan. Tapi suatu yang jelas dan pasti serta umum diketahui masyarakat adalah bahwa ketika mendengar kata kuliner, pasti sudah erat kaitannya dengan masakan.
Pada kesempatan kali ini, Anak Pantai akan membagikan artikel tentang Kuliner Tradisional Manggarai yaitu Darang. Seperti apa makananya, bagaimana cara membuatnya, mari kita simak artikel berikut ini.

DARANG (KULINER TRADISIONAL MANGGARAI)

SIPRIANUS ARIS

Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia - FKIP - Universitas Papua
Pos-el: ariessipriano@gmail.com


Di Manggarai, terdapat begitu banyak makanan khas yang hampir tidak semua orang Manggarai tahu. Hal itu disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap kuliner daerah, baik orang Mangarai sendiri maupun dari luar daerah Manggarai. Orang Manggarai tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah kekayaan yang menjadi ciri khas suatu daerah. Salah satu dari sekian banyak makanan khas yang berasal dari daerah Manggarai adalah darang. Darang merupakan masakan khas yang sudah ada sejak zaman nenek moyang orang Manggarai hidup di pegunungan.

Secara etimologis, kata darang mengacu pada bahan dasar pembuatan yaitu darah dan daging. Daging yang diambil biasanya  bagian tubuh tertentu dari hewan seperti hati, usus, dan jantung dan daging bagian perut dari binatang yang disembelih seperti babi, sapi, kerbau, dan binatang lainnya yang ukurannya lebih besar dari ayam.

Kenapa daging tertentu saja yang dijadikan bahan dasar dalam pembuatan darang? Kenapa bukan semua daging dari tubuh binatang itu yang dijadikan bahan utamanya. “Dahulu kala, nenek moyang orang Manggarai suka berburu babi hutan dan rusa. Hasil buruan itu disembelih untuk diambil darah dan dagingnya. Mereka memisahkan antara daging yang lembut seperti yang sudah disebutkan diatas dan daging yang agak keras seperti daging paha dan dada dari hewan hasil buruan itu. Karena ketika dimasak daging yang sifatnya lunak akan cepat matang dan akan hancur bila terlalu lama dimasak dibandingkan dengan daging pada bagian tubuh lainnya yang lebih keras. Karena kehidupan mereka di pegunungan yang kaya akan rempah-rempah seperti kelapa dan kemiri maka diambilah rempah-rempah itu untuk dijadikan bumbu masakan. Perpaduan daging dan rempah-rempah itu kemudian menghasilkan makanan disebut dengan nama darang”

Namun uniknya, terdapat perbedaan nama antara darang yang berbahan dasar darah dan daging hewan yang dipelihara oleh manusia dan hewan yang hidup di alam bebas (hutan) seperti babi hutan dan rusa. Darang yang berbahan dasar darah dan organ tubuh hewan hutan disebut dojang. Untuk lebih mudah dipahami, darang dihasilkan dari hewan peliharaan sedangkan dojang dari hewan hasil buruan. Jadi,0 dojang yang berkembang terlebih dahulu dari darang. Baik dojang maupun darang adalah masakan yang sama. Proses pembuatan darang dan dojang sama, hanya sumber bahan dasar dan waktu penyajiannya saja yang berbeda.

Proses pembuatan dojang berbeda dengan memasak daging pada umunya. Darah dan daging hewan yang disembelih dimasak hingga matang (darah akan mengental setelah dimasak dan berubah warna dari merah menjadi coklat-kehitaman). Setelah matang, daging dicincang hingga menjadi halus lalu dicampurkan dengan jantung pisang yang juga sudah dimatangkan (jika ada) dan kelapa parut (bumbu khas yang sering digunakan) ditambah dengan bumbu dapur lainnya seperti bawang merah (dulunya tidak menggunakan bawang, karena bumbu ini tidak tumbuh semabarangan di hutan. Setelah mengenal bawang barulah bumbu ini ditambahkan), kemiri, cabai, garam, dan penyedap rasa. Setelah itu, semua bahan diaduk hingga merata kemudian ditumis. Masakan khas orang Manggarai biasanya tidak pernah terlepas dari kelapa (santan/kelapa parut) dan kemiri.

Dulunya darang hanya disajikan sebagai makanan sukacita (rasa syukur) atas hasil buruan dan hanya dinikmati oleh keluarga si pemburu. Seiring berjalannya waktu, cara penyajian darang berubah, dari yang biasanya dalam lingkup kecil (keluarga) menjadi menu untuk acara-acara umum yang mengharuskan penyembelihan hewan-hewan yang tersebut diatas seperti penyambutan tahun baru, peresmian rumah adat (kerbau atau sapi, ataukuda), ucapan syukur atas hasil panen, pembukaan lahan kebun baru, perkawinan, dan upacara kematian (babi dan/atau anjing).

Sekian artikelnya, semoga bermanfaat... 

Morfem Bahasa Indonesia - Pertemuan Ke-5

Selamat siang sahabat Anak Pantai. Jumpa lagi dengan dengan materi tentang Morfologi Bahasa Indonesia dalam bentuk Power Point. Silahkan didownload jika membutuhkan. Terima Kasih...



Fonem Bahasa Indonesia - Universtias Papua

Mungkin semua orang mampu dan terampil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, namun tidak semua orang megerti tentang bahasa indonesia, bagaimana struktur bahasa indonesia, dan bagaimana bahasa indonesia itu dibentuk.Dalam bahasa indonesia kita mengenal istilah fonem. Apa itu fonem? Apa saja jenis dari fonem itu? Mari kita simak dalam pembahasan berikut ini!


FONEM BAHASA INDONESIA
Siprianus Aris
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – FKIP – Universitas Papua
Pos-el: ariessipriano@gmail.com


Pengertian Fonem secara umum
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut fonemik. Fonemik merupakan bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu fonem harus diperlukan pasangan minimal, maksudnya pasangan yang harus ada untuk dapat mengetahui tentang fonem tersebut. Contohnya dalam kata parah dengan arah. Dalam contoh tersebut /p/ adalah fonem karena membedakan arti kata parah (keadaan yang sangat sulit) dengan arah (tujuan atau maksud).

Jenis-jenis fonem dalam Bahasa Indonesia
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas fonem vokal (huruf hidup) dan fonem konsonan (huruf mati). Berikut penjelasan dari keduanya.

Vokal
Vokal adalah bunyi ujaran yang tidak mendapatkan rintangan pada alat ucap saat dikeluarkan dari paru-paru. Tidak terjadi kontak antara alat-alat ucap. Vokal dibagi menjadi dua, yaitu vokal tunggal (monoftong) yaitu vokal yang hanya terdiri atas satu fonem saja yang meliputi a, i, u, e, o dan vokal rangkap (diftong) yaitu gabungan dari dua vokal yang menyatu, yang meliputi ai, au, oi.

Konsonan
Konsonan adalah bunyi ujaran yang dihasilkan dari paru-paru dan mengalami rintangan saat keluarnya. Contoh konsonan dalam bahasa indonesia antara lain b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Dalam fonem konsonan, kita juga mengenal yang namanya konsonan rangkap atau yang disebut kluster. Contoh kluster pada kata drama, tradisi, film, modern.

Perubahan Fonem
Perubahan fonem bahasa Indonesia bisa terjadi karena pengucapan bunyi ujaran memiliki pengaruh timbal balik antara fonem yang satu dengan   yang   lain.   Macam-macam   perubahan   fonem   antara   lain akan dijelaskan di bawah ini.
  1. Alofon adalah variasi fonem karena pengaruh lingkungan suku kata. Contoh : simpul-simpulan. Fonem /u/ pada kata [simpul] berada pada lingkungan suku tertutup dan fonem /u/ pada kata [simpulan] berada pada lingkungan suku terbuka. Jadi, fonem /u/ mempunyai dua alofon, yaitu [u] dan (u).
  2. Asimilasi adalah proses perubahan bunyi dari tidak sama menjadi sama atau hampir sama. Contoh: in + moral? immoral? imoral.
  3. Desimilasi adalah proses perubahan bunyi yang sama menjadi tidak sama. Contoh : sajjana menjadi sarjana.
  4. Diftongisasi adalah perubahan monoftong menjadi diftong. Contoh: anggota menjadi anggauta.
  5. Monoftongisasi   adalah   proses   perubahan   diftong   menjadi monoftong. Contoh: ramai, menjadi rame.
  6. Nasalisasi adalah persengauan atau proses memasukkan huruf nasal (n, m, ng, ny) pada suatu fonem. Contoh : me/m/ pukul menjadi memukul.
Membedakan Fonem Bahasa Indonesia
Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas vokal, konsonan, dan semi- vokal. Perbedaan antara vokal dan konsonan didasarkan pada ada atau tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Agar lebih jelas, Anda dapat melihat tabel berikut.
  1. Vokal
    Bunyi   yang   tidak   disertai hambatan   pada   alat   bicara.
    Hambatan   hanya   terdapat pada pita suara. Tidak terdapat artikulasi Semua vocal dihasilkan dengan bergetarnya      pita  suara.  Dengan     demikian, semua   vokal   adalah   bunyi suara.                                   

  2. Konsonan
    Bunyi yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara. Terdapat artikulasi. Konsonan   bersuara   adalah konsonan   yang   dihasilkan dengan      bergetarnya      pita suara. Konsonan   tidak   bersuara   adalah   konsonan   yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.

Kritik Sastra dalam Studi Ilmu Sastra

Selamat berjumpa kembali dalam artikel ini para sahabat Anak Pantai. Setelah mempelajari Karya Sastra, Sejarah Sastra pada semester sebelumnya, kali ini kita akan membahas tentang Ktitik sastra daldam studi ilmu sastra. Mungkin pertanyaan yang sering muncul dalam benak sahabat adalah tentang pengertian Kritik sastra, atau mungkin, apa kira-kira tujuan dan manfaat dari Kritik Sastra itu sendiri. Untuk dapat menjawab dua pertanyaan besar itu, mari kita simak artikel berikut ini

KRITIK SASTRA DALAM STUDI ILMU SASTRA

Siprianus Aris
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP – Universitas Papua
Pos-el: ariessipriano@gmail.com

Pendahuluan
Perkembangan dunia kesusastraan tidak akan pernah ada habisnya. Hal itu tidak serta merta terjadi dengan sendirinya, namun ada unsur-unsur penting yang menjadi objek kajian dalam perkembangan kesusastraan. Kritik sastra adalah salah satu dari unsur-unsur tersebut. Peranan kritik sastra dalam perkembangan dunia kesusasteraan sangat besar terhadap kualitas dan kuantitas karya yang dihasilkan. Dengan bantuan para sastrawan yang senantiasa dan selalu berperan aktif dari waktu ke waktu, mengoreksi, menilai, dan meguji serta mempertimbangkan baik dan burunya karya yang dianalisis itu. Secara umum kritikus sastra melakukan aktivitas yang disebut menghakim sesuai dengan makna kata kritik dari bahasa Yunani yaitu krites. Kritik sastra mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia kesusastraan terutama dalam hal mutu/kualitas.

Pengertian kritik sastra
Kritik Sastra adalah pertimbangan (diskusi, evaluasi, interpretasi, pembahasan) terhadap suatu jenis karya sastra untuk mengetahui dan menilai baik dan buruknya. Kritik sastra adalah salah satu cabang ilmu sastra untuk menghakimi suatu karya sastra. Kritik sastra mencakup penilaian guna memberi keputusan bermutu tidaknya suatu karya sastra. Kritik sastra biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra. Penting bagi seorang kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya sastra, latar belakang karya sastra, dan ilmu lain yang terkait. Kritik sastra memungkinkan suatu karya dapat dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai. Seorang kritikus sastra mengurai pemikiran, paham-paham, filsafat, pandangan hidup yang terdapat dalam suatu karya sastra. Sebuah kritik sastra yang baik harus menyertakan alasan-alasan dan bukti-bukti baik langsung maupun tidak langsung dalam penilaiannya.

Kedudukan kritik sastra dalam studi ilmu sastra
Kritik sastra berada diantara karya sastra dan sejarah sastra. Kritik sastra akan berfungsi dalam menghasilkan karya sastra dalam hal kualitas yang dihasilkan oleh para sastrawan melalui bantuan para kritikus sastra. Para kritikus sastra menjalankan fungsi serta peran dari kritik sastra diantaranya mempertimbangkan karya yang dihasilkan. Layak dan tidaknya untuk dipublikasi serta dapat diterima atau tidak, berdasarkan norma-norma kehidupan yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hubungannya (kritik sastra) dengan sejarah sastra, keberhasilan para sastrawan dalam menciptakan berbagai jenis dan aliran karya sastra tentu akan mendongkrak dan meningkatkan sejarah perkembangan daripada sastra dari masa ke masa. Publik akan tahu, masa di mana para sastrawan subur (menghasilkan banyak karya) dan mandul (tidak dapat menghasilkan karya sama sekali), tentu dengan mengamati dan mempelajari sejarah sastra. Para sastrawan dari masa ke masa, yang ikut menyumbang mempertahankan kepopuleran dan eksistensi dunia sastra.

Fungsi utama kritik sastra menurut Pradopo
Menurut Pradopo fungsi utama kritik sastra dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

Untuk perkembangan ilmu sastra sendiri.

Untuk perkembangan kesusastraan, maksudnya adalah kritik sastra membantu perkembangan kesusastraan suatu bangsa dengan menjelaskan karya sastra mengenai baik buruknya karya sastra dan menunjukkan daerah-daerah jangkauan persoalan karya sastra.

Sebagai penerangan masyarakat pada umumnya yang menginginkan penjelasan tentang karya sastra, kritik sastra menguraikan (mengsnalisis, menginterpretasi, dan menilai) karya sastra agar masyarakat umum dapat mengambil manfaat kritik sastra ini bagi pemahaman dan apresiasinya terhadap karya sastra (Pradopo, 2009: 93).

Fungsi kritik sastra secara umum
Fungsi kritik sastra untuk pembaca
  1. Membantu memahami karya sastra
    Semakin banyak membaca, maka akan semakin banyak pula yang kita ketahui, meskipun tidak selalu merinci, namun setidaknya mempunyai bayangan akan karya yang dibaca atau dipelajari tersebut. Hal ini tentu akan membuat para pembaca paham tentang karya sastra secara tidak langsung.
  2. Menunjukkan keindahan yang terdapat dalam karya sastra
    Setiap pembaca karya sastra, pasti mempunyai tujuan atau sesuatu yang ingin diambil dari bahan bacaan atau karya yang dibacanya. Mungkin sekadar untuk mengisi waktu kosong (iseng-iseng), sampai kepada tujuan ilmu pengetahuan, mencari hiburan dari karya tersebut.
    Dengan seperti itu, maka pembaca akan terus-menerus menggali karya yang dibacanya hingga tuntas.
  3. Menunjukkan parameter atau ukuran dalam menilai suatu karya sastra
  4. Menunjukkan nilai-nilai yang dapat dipetik dari sebuah karya sastra.
Fungsi kritik sastra untuk pengarang
  1. Mengetahui kekurangan atau kelemahan karyanya,
  2. Mengetahui kelebihan karyanya,
  3. Mengetahui masalah-msalah yang mungkin dijadikan tema karangannya.

Manfaat Kritik Sastra
Manfaat kritik sastra bagi penulis:
  1. Memperluas wawasan penulis baik yang berkaitan dengan soal bahasa, objek atau tema-tema karangan, maupun teknik bersastra
    Dengan banyaknya masukkan dari para kritikus satra, tentu akan semakin menambah wawasan dari para penulis dalam menghasilkan, menciptakan dan/membuat karya sastra. Hal ini tentu menuntut tema yang berbeda, bahasa yang berbeda, tujuan yang sama atau berbeda, teknik yang sama atau berbeda, dengan objek yang berbeda-beda atau sama. Dengan penggunaan bahasa, metode, tema, objek yang berbeda ini tentu akan memperluas dan menambah wawasan dari para penulis tentang hal yang ditulisnya.
  2. Menumbuhsuburkan motivasi untuk mengarang
    Masukan dari para kritikus juga dapat menumbuhsuburkan motivasi atau dororgan dari dalam diri penulis untuk semakin giat dan giat lagi menulis karya sastra. Saran dan masukkan yang baru dan mempunyai nilai yang tinggi dari segi norma akan lebih membatu para sastrawan untuk semakin termotivasi atau bahkan tertantang untuk menulis.
  3. Meningkatkan kualitas karangan.
  4. Jika karya yang dihasilkan hari ini dibaca oleh kritikus, tentu tidak semua isi di dalamnya bisa diterima begitu saja. Pasti ada hal-hal yang harus dan perlu untuk dibenahi agar kualitas karya itu semakin baik. Tidak ada karya yang sempurna, namun untuk bisa mendapatkan kesempurnaan itu, sebuah karya harus terus-terusan disunting sesuai dengan kebutuhan dan norma yang berlaku di kalangan masyarakat pembacanya.
Manfaat kritik sastra bagi pembaca:
  1. Menjembatani kesenjangan antara pembaca kepada karya sastra
    Ketika para pembaca membaca karya sastra, pasti ada sesuatu yang ingin diungkapkan dari hasil bacaanya itu. Namun hal ini sering kali mengalami kebuntuan karena kurangnya komunikasi dengan si sastrawan. Dengan adanya kritik sastra yang secara khusus menilai baik dan buruknya arya sastra, hubungan antara si penulis dengan pembaca tidak lagi renggang meskipun hanya melalui tulisan tanpa betemu secara langsung si penulis.
  2. Menumbuhkan kecintaan pembaca kepada karya sastra
    Semakin banyak karya yang dibaca oleh pembaca, tentu akan semakin membuatnya merasa tertarik dengan karya yang dibacanya. Bahkan tidak jarang ketika cerita dari karya sastra tersebut tidak sesuai dengan alur pikiran dan harapan yang dimilikinya, dengan sadar maupun tidak sadar ia akan menilai karya tersebut. Hal ini dapat dilihat jika seorang cowok mengatakan kepada si ceweknya “sayang, baca deh, ini ceritanya sweet banget. Macam ada kesamaannya gitu dengan kisah kita?”
  3. Meningkatkan kemanpuan mengapresiasi karya sastra
    Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya yaitu secara tidak langsung ketika pembaca selesai membaca karya satra. Kemungkinan yang terjadi adalah ia menyukai karya tersebut dengan jalan mencari tahu edisi selanjtnya, atau bahkan mungkin tidak tertarik lagi untuk membaca kisah selanjutnya, karena tidak sesuai yang ia harapkan. Hal tersebut terjadi karena ia berhasil memberikan atau mempertimbangkan nilai yang ia dapat setelah membaca karya itu.
  4. Membuka mata hati dan pikirtan pembaca akan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra
    Semua karya sastra, pasti memiliki pesan yang ingin disampaikan oleh para sastrawan kepada pembacanya. Ada sastrawan yang secara gamblang mengungkapkan pesan dari karyanya itu dengan cara ditulikan secara langsung pada karyanya. Namun ada juga yang menyampaikan pesan secara tersirat. Hal ini membutuhkan keseriusan dan kontinuitas dari pembaca untuk terus menggali dan membaca karyanya hingga menemukan pesan yang dimaksud tersebut.
Manfaat kritik sastra bagi perkembangan sastra:
  1. Mendorong laju perkembangan sastra baik kualitatif maupun kuantitatif
    Kritik sastra hadir untuk membenah karya sastra sehingga dapat mengubah mutu dari karya yang dikritik tersebut, lebih baik dari sebelumnya. Masukan dari para kritikus dapat mendorong para sastrawan untuk menghasilkan karya dengan tema berbeda dari karya sebelumnya. Hal ini tentu akan menambah jumlah karya yang dihasilkan.
  2. Memperluas cakrawala atau permasalaha yang ada dalam karya sastra
    Semakin banyak masukan dari para kritikus, semakin banyak juga ide dan manfaat yang didapatkan oleh para sastrawan. Ide dan masukann ini yang kemudian membuka pikiran dan menciptakan imajinasi baru dari para penulis yang berhubungan dengan dunia sastra.

Referensi
http://citraindonesiaku.blogspot.co.id/2012/04/kritik-sastra.html
http://shareforgoodpeople.blogspot.co.id/2015/03/menulis-kritik-sastra.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kritik_sastra

Baca Juga :
Kedudukan Kritik Sastra dalam studi ilmu sastra

Masalah yang berhubungan dengan cabang ilmu Psikolinguistik

Selamat berjumpa kembali sahabat Anak Pantai. Terima kasih sudah mengunjungi blog saya. Kali ini saya hendak membagikan contoh-contoh masalah/kasus Psikolinguistik yaitu kasus yang berhubungan dengan dunia kebahasaan dan kejiwaan. Sebelum lanjut membaca lebih jauh, ada baiknya sahabat pahami dulu, apa sih Psikolinguistik itu? Jika belum, klik DI SINI untuk mengetahui pengertian Psikolinguistik. Namun jika sudah, langsung saja discroll down halamanya. Berikut beberapa masalah yang ada hubungannya dengan Psikolinguistik. Selamat membaca.....
  1. Kasus psikolinguistik dalam pendidikan (Psikolinguistik Pendidikan)
    Misalnya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran berbahasa, dan pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.  Ketika misalkan guru tidak mampu menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswanya, maka kemungkinan yang terjadi adalah peserta didik malas mengikuti mata pelajaran yang diampu oleh guru yang bersangkutan (bolos) atau masuk kelas dengan tujuan untuk sekadar mendapat nilai semata. Penggunaan bahasa indonesia yang terlalu menekankan pada istilah-istilah dalam dunia hukum atau ilmiah, dapat sangat mempengaruhi tingkat pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa sulit  menangkap maksud yang dibicarakan oleh guru, sehingga mempengaruhi pada interpretasi megenai maksud dari apa yang disampaikan oleh si guru. Sebaliknya jika ia memahami apa yang disampaikan, maka akan terlihat pada tindakan atau perbuatan yang relevan dengan teori yang disampaikan oleh  si siswa. Hal tersebut juga akan mempengaruhi motivasi dari si anak dalam hal belajar.

  2. Contoh kasus psikolinguistik sosial
    Ketika seorang marah, bahasa yang dikeluarkan akan mencerminkan perasaan kemarahannya. Mungkin saja ia memiliki keinginan untuk memukul orang, namun karena keinginannya tersebut tidak tersampaikan, maka kata-kata kasar, caci-maki, atau bentuk ucapan kebencian lainnya bisa saja mejadi senjata andalan baginya agar setidaknya bisa mengekspresikan sedikit keinginan meskipun tidak sesuai keinginan yang sesungguhnya.

    Sekarang ini banyak kasus tentang ujaran kebencian (hate speech) baik yang ditujukan kepada pribadi seseorang, sekelompok orang, atau suatu instansi tertentu. Hal ini muncul karena ada masalah yang terjadi terkait kejiwaaan dari orang yang melakukan, memproduksi atau menyebarluaskan hate specch ini, mungkin merasa tidak suka, atau cemburu yang berlebihan sehingga ketidaksukaan dan kecemburuan itu diungkapkan dalam tulisan kebencian baik di medsos atau secara langsung.

    Dari permasalahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa apa yang diucapkan oleh seseorang mengambarkan keadaan jiwanya dan akan mengganggu atau menimbulkan sebuah konflik bagi kejiwaan orang lain, jika yang disebarluaskan adalah hate speech tadi. Bahasa sebagai tingkah laku personal dan Bahasa sebagai Tingkah Laku antar Personal.

  3. Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Pak Ahok
    Kasus tersebut bermula ketika ia berpidato sekaligus hendak berkampanye mendapatkan dan  memperebutkan kedudukan dalam pemilihan gubernur jakarta untuk mendapat dukungan massa pemilih dalam pemungutan suara yang sudah lalu di DKI Jakarta. Bahasa yang dipakai oleh pak Ahok menimbulkan permasalahan karena diniliai menyudutkan atau merendahkan golongan tertentu. Sehingga apa yang diucapkannya itu menimbulkan reaksi terhadap sekelompok orang yang berujung pada keributan, demonstasi yang dilakukan berulang-ulang hingga sampai ke kanca internasional. Kasus ini sangat memberi pelajaran berharga bagi kita, bahwa segala sesuatu yang dikeluarkan dari mulut, harus dengan bahasa yang baik. Karena terkadang sebuah tujuan baik ketika tidak dibahasakan sebaik-baiknya, maka kebaikan itu tidak tersampaikan dan malah menimbulkan perpecahan, perselisihan, kemarahan, dan tidakan kebencian lainnya, atau bahkan sebuah tujuan jahat bisa berhasil ketika diabahasakan dengan baik. Dalam  hubungan manusia sebagai makhluk sosial dan penggunaaan tuturan, keterkaitan dengan kejiwaan itu sangat tinggi.

Sekian Sahabat, masalah-masalah yang berhubungan dengan Psikolinguistik. Silahkan dibagikan jika bermanfaat.

Legenda Pohon Kelapa - Friwen-Raja Ampat-Papua Barat

Siapa yang tidak kenal dengan tempat wisata yang satu ini. Adalah Raja Ampat, yang juga masuk dalam warisan dunia oleh UNESCO. Selain terkenal karena keindahannya sebagai tempat wisata, Raja Ampat juga memiliki Legenda yang perlu untuk diketahui. Salah satunya adalah Legenda Pohon Kelapa berikut ini. Selamat membaca sahabat!

Konon, hiduplah seorang lelaki bernama Oridek dan keluarganya di tepi pantai Nyande Babo, Friwen, Raja Ampat. Ia memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Pekerjaan utama mereka adalah berkebun dan menangkap ikan dilaut. Di tepi pantai Nyande Babo hanya di tempati Oridek dan seng istri bersama dengan anak-anak mereka dan yang menjadi makanan pokok keseharian mereka hanyalah umbi-umbian hasil kebun, dan ikan. Pada suatu ketika saat Oridek sedang tidur siang, ia bermimpi melihat sebuah pohon yang berdiri tegak lurus dengan memiliki dedaunan lebat dan buah yang cukup banyak dan di dalam buahya menyimpan air yang dapat di menfaatkan pada saat musim panas begitu juga isinya yang bisa di makan.

Setelah itu Oridek pun terbangun kemudian ia memutuskan untuk mencari pohon yang baru saja ia lihatdalam mimpinya. Sekian hari ian menyusuri pesisir pantai dan huatan-hutan di sekitar tempat nereka tinggal tetapi ia tidak menemukan apa-apa hingga pada suatu hari, saat Oridek sedang pergi ke laut untuk mencari ikan, tiba-tiba ia di kejutkan dengan sebuah benda yang hanyut tepat di depan matanya. Karena saking pensaran dengan benda tersebut, Oridk pun mendekatinya. Setelah mengamati benda tersebut, ternyata itu adalah buah yang beresal dari pohon yang ia lihat di dalam mimpinya. Lalu kemudian ia pun kembali ke rumah dan menceritakan kejadian tersebut kepad istri dan anak-anaknya. 

Sebelumnya Oridek sempat berpikir untuk membagi buah tersebut agar ia bersama istri dan anak-anaknya dapat merasakan isi buah itu bersama-sama. Namun karena buah yang ada pada Oridek hanya satu, ia pun memutuskan untuk menanamnya. Setelah tanpa basah-basahi oridek membawa buah itu dan menanamnya di kebun. Keesokan harinya oridek bersama istri dan anak-anaknya pergi ke kebun, ketika itu mereka di kejutkan dengan sebuah pohon yang besar dan tinggi berdiri tempat dimana tempat oridek menanam buah yang baru di Tanam sehari sebelumnya. Sehingga mereka menggap bahwa buah tersebut yang sudah tumbuh besar dan menghasilkan buah yang cukup banyak. Mereka mulai mendekati pohon tersebut denga ragu-ragu tetapi ketika itu oridek mulai berfikir untuk mendapati buah-buah dari pohon tersebut karena ia ingin merasakan buah-buah itu, tetapi ia binggung bagaimana caranya agar ia dapat mengambil apa yang di inginkannya yakni buah-bauh pohon itu. Karena tidak menemukan cara untuk mengamil atau memetik buah-buah itu, akhirnya oridek memutuskan untuk menebang pohon tersebut. Dengan kerja sama mereka pohon itu pun roboh, lalu mereka mengumpulkan buah-buah pohon itu dan membawah pulang ke rumah. 

Sampainya mereka di rumah, oridek langsung mencoba salah satu buah itu. Namun tak lama kemudian oridek langsung muntah-muntah membuat badannya lemah dan ia langsung jatuh sakit yang cukup parah hingga akhirnya lewat beberapa hari oridek meninggal. Kala itu sebelum meninggal, ia memesan pada istri dan anak-anaknya bahwa buah yang sisa itu jangan di makan, tetapi mereka harus menanamnya dan menjaga, merawatnya sebagai penganti dirinya, dan ketika mereka ingin memakan buah itu tidak bolah menebang pohon, tetapi mereka harus menaiki pohon tersebut dan memetik buahnya. Semenjak kepergian, sang istri dan anak-anak selalu menjaga dan merawat buah yang mereka tanam dan tumbuh menjadi pohon tersebut sesuai pesan yang di tinggalkan oridek kepada mereka. Hingga sekarang pohon kelapa yang tumbuh syande babo tidak pernah berkurang, namun jumlah terus bertambah.

Asal usul Air Terjuan Bihewa - Nabire-Papua Barat | Cerita Rakyat

Manunggal Jaya merupakan desa terakhir di Distrik Makimi yang didiami oleh berbagai macam suku dan merupakan desa yang masyarakat-nya sangat rukun dan bersahaja. Di desa ini penduduknya bekerja sebagai petani atau pekebun dan pemburu. Selain itu, desa ini dialiri oleh sungai besar yaitu “Sungai Lagari.” Tak kalah penting, adalah air terjun yang cukup besar dan sangat indah bila dipandang mata, juga alam di sekitarnya masih sangat alami atau belum tersentuh oleh tangan manusia. Selain itu di air terjun ini mempunyai keunikan yaitu terdapat  batu besar yang berbentuk dua sosok manusia pada dinding gunung yang dialiri oleh air. Inilah cerita asal mulanya terjadi “Air Terjun Bihewa” di Kabupaten Nabire lebih khususnya Daerah Lagari.
Pada zaman dahulu, hiduplah keluarga kecil di Desa Manunggal Jaya Distrik Makimi, keluarga ini terdiri dari Bapak Yonas, Ibu Regi serta anak mereka Bihewa dan Nenek Rodina yang sudah tua. Pekerjan sehari-hari mereka adalah menangkap hewan buruan dengan cara memasang jerat atau perangkap, hewan-hewan buruan yang biasa didapat adalah kasuari, rusa, babi, dan hewan buruan lainnya. Mereka hidup bahagia di sebuah gubuk yang dindingnya dari gaba serta atapnya dari daun sagu.

Pada suatu hari Bapak Yonas dan Ibu Regi pergi ke kebun untuk mencari makan, untuk itu anak mereka yang masih kecil dititipkan kepada Nenek Rodina untuk dijaga. “ Mama tolong jaga bihewa, torang dua mau ke kebun untuk ambil sayur, keladi, pedas, dan kasbi untuk tong makan nanti malam “ujar Ibu Regi kepada Nenek Rodina”, “kalau minumnya habis, kasih air putih saja“, sambung Ibu Regi  kepada Nenek Rodina. Sepeninggalnya Bapak Yonas dan Ibu Regi, dengan penuh kasih sayang Nenek Rodina menjaga dan mengendong cucunya Biweha dengan sangat hati-hati walau pun Nenek Rodina sangat merasa lelah dan lapar.

Ketika hari sudah mulai sore, namun Bapak Yonas dan Ibu Regi tak kunjung pulang.     “Aduh lama sekali anak-anak ini”!! kata Nenek Rodina dalam hati. Nenek Rodina mulai khawatir karena persedian air susu sudah mulai habis dan Bihewa terus menangis sehingga Nenek Rodina mulai panik dan tidak tenang, akhirnya Nenek Rodina memutuskan untuk mencari bantuan kepada orang-orang yang ditemui untuk menolong cucunya yang sedang haus. Tetapi di tengah jalan, Nenek Rodina bertemu dengan se-ekor Sosoa. Sosoa tampaknya membawa air di dalam sepotong bambu, rupanya air itu akan diberikan kepada anak-anaknya yang juga sedang kehausan di atas pohon sagu, ketika tak sengaja Nenek Rodina menginjak ekor Sosoa yang sedang berjalan sehingga membuat Sosoa kaget dan terkejut melihat seorang nenek yang sedih dan juga putus asa karena cucunya yang terus menangis di rumah.

Sosoa bertanya pada Nenek Rodina “ apa gerangan yang membuatmu tampak sedih?” Nenek Rodina menjawab kepada Sosoa “saya sedang mencari air untuk cucu saya di rumah yang sedang kehausan dan terus menagis”, Nenek Rodina menjawab dengan nada suara yang pelan karena nenek rodina sangat merasa lelah.

Ohh... Tidak usah khawatir nenek, “kebetulan saya sedang membawa air” kata Sosoa kepada nenek, tanpa berfikir panjang akhirnya Sosoa memberikan air yang ada di sepotong bambu tersebut kepada Nenek Rodina, sambung Sosoa kepada Nenek Rodina  “ini untuk nenek saja, saya rasa nenek punya cucu lebih membutuhkan, nanti saya kembali lagi saja untuk mengambil air untuk anak-anak saya,” ujar Sosoa kepada Nenek Rodina. Nenek Rodina sangat berterima kasih kepada sosoa, “terima kasih suadaraku, semoga kebaikanmu dibalas oleh Tuhan!! “ujar Nenek Rodina yang sedang senang karena sudah mendapat air untuk cucunya.

Setibanya di rumah, Nenek Rodina langsung memberikan air kepada Bihewa yang terus menagis, sesaat kemudian  Bihewa pun terdiam karena rasa hausnya sudah hilang dan akhirnya Bihewa tertidur dengan pulas tanpa menagis dan tanpa rindu pada ibunya lagi untuk meyusui. Akan tetapi ketika Nenek Rodina mau tidur untuk melepas letih lesunya, tiba-tiba badai melanda desa mereka, setelah beberapa jam hujan akhirnya gubuk serta halaman rumah di penuhi air dan akhirnya Nenek Rodina dan cucunya Bihewa hilang ditelan air dan seketika itu juga air yang banyak itu membentuk sebuah air terjun sangat besar dan indah. Di tepi gunung itu terdapat dua buah batu yang berbentuk manusia dan air terjun ini di jaga oleh se-ekor Ular Naga yang besar. Ternyata kedua batu itu adalah Nenek Rodina dan cucunya Bihewa yang sudah terkena kutukan dari Ular karena sudah meminum air permatanya, akhirnya Sosoa sangat menyesal atas perbuatannya karena sudah mengambil permata Ular yang dijaga beribuan  oleh Ular, maka mulai dari hari itu sampai sekarang Sosoa tidak dapat berbicara lagi dengan manusia dan lidanya harus bercabang dua, Nenek Rodina dan Bihewa harus menjadi batu sebagai tumbal menganti permata Ular tersebut.

Setelah badai sudah redah, bapak yonas dan ibu regi berlarian menuju tempat tingal mereka untuk melihat apakah yang terjadi pada anak mereka dan pada mamanya, ternyata bapak yonas dan ibu regi hanya mendapat puin – puin rumah dan halaman rumah mereka sudah berubah menjadi air terjun yang sangat besar dan bapak yonas dan ibu regi memandang dua batu besar, lalu menagisinya karena anak mereka dan mama mereka sudah terkena kutukan ular dan menjadi batu untuk selama-lamanya, akhirnya bapak yonas dan ibu regi memberi nama air terjun tersebut adalah “BIHEWA” untuk mengenang anak mereka serta ibu mereka.

Batu Ajaib - Cerita Rakyat Belu Atambua | Menulis Dasar

Hai sahabat Anak Pantai! Lagi cari Cerita Rakyat asal Belu-Atambua yah? Kebetulan sekali, kalian tidak salah alamat. Berikut ini merupakan Cerita Rakyat berjudul Batu Ajaib berasal dari Kabupaten Belu-Atambua. Selamat membaca sahabat....


batu-ajaib-belu-atambuaDahulu kala hiduplah seorang raja yang tinggal di bawah gunung yang bernama gunung Tata. Sang raja bernama Sikowai. Raja mempunyai satu buah tifa yang keramat dan sakti. Tifa itu biasanya dibunyikan untuk memanggil warga atau penduduk untuk mengikuti rapat dan upacara adat. Penduduk pun antusias datang berbondong-bondong dengan tujuan ingin melihat tifa keramat milik sang raja. Akan tetapi tifa tersebut hanya bisa dilihat oleh orang- orang yang mempunyai ilmu atau kekuatan gaib. Raja Sikowai mempunyai seorang Istri yang bernama Putri Sanoi. Istri sang raja selalu sakit-sakitan karena mendapat kutukan dari moyang mereka. Kendati demikian, raja Sikowai bersama istrinya mempunyai kekayaan yang sangat berlimpah dan tanah yang luas yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan seperti keladi, gerobak, matoa, pisang dan lain sebagainya. Setiap hari warga selalu memanen hasil tanaman dari sang raja. Akan tetapi karena keseringan mengambil tanaman tersebut, tanaman yang berada di kebun mulai berkurang dan tidak berbuah lagi.

Melihat hal itu raja Sakowai marah dan melarang warga untuk mengambil semua tanaman miliknya. Setiap hari raja bekerja di kebun memindahkan tanaman- tanaman itu jauh dari pemukiman warga. Warga yang melihat Raja yang bekerja sendirian merasa malu dan ketakutan. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pindah ke daerah yang dekat dengan pantai. tempat itu, bernama Aromarea. Karena warga pindah tanpa sepengetahuan dari raja dan ketika raja mengetahui hal tersebut raja sangat marah karena merasa tidak dihargai. Timbulah kemurkaan. Sang raja mengutuk penduduk aromarea dengan cara memukul tifa keramat selama sepuluh malam yang membuat seluruh warga aromarea jatuh sakit, terkecuali anak kecil yang beranama Yosep. Yosep yang masih baru berumur 12 tahun itu merasa prihatin dengan kondisi warga dan keluarganya yang semakin kritis. Pada suatu malam ketika Yosep sedang tidur bermimpilah ia, dimana dalam mimpi itu ia bertemu dengan bidadari yang sangat cantik yang datang memberitahu dan memberi petunjuk. Bidadari berkata pada yosep bahwa ada batu ajaib yang sangat sakti mandraguna yang ukurannya sangat kecil yang berwarna seperti pelangi dan berukuran kecil seperti kelereng. Letak batu tersebut di tengah hutan rimba yang sangat angker dan dihuni binatang buas.

Ketika bangun dari tidur, Yosep bingung, bertanya-tanya tentang mimpinya semalam. Tetapi pada akhirnya Yosep berinisiatif untuk pergi mencari batu ajaib yang di katakan sang bidadari. Yosep yang masih kecil itu bergegas jalan ke tengah hutan mencari batu itu. Perjalanan yang sangat jauh, selama tiga hari tiga malam, sehingga menguras tenaga juga ia sering menghadapi cobaan. Akan tetapi semangat dan tekadnya mengalahkan segala rintangan yang ada. Ketika tiba di tempat yang beranama Opu ia melihat batu itu mengeluarkan sinar yang berwarna-warni. Ternyata batu tersebut dijaga oleh ular yang sangat besar.

Lalu, Yosep berbicara kepada ular bahwa ia membutuhkan batu itu untuk menyembuhkan keluarga dan warganya. Melihat ketulusan Yosep, ular itu mengijinkan Yosep untuk membawa pulang batu ajaib. Ketika Yosep kembali ke kampungnya Ia segera merendam batu ke dalam secangkir gelas dan memberikan itu kepada keluarga dan warganya. Batu ajaib itu sangat terbukti kasiatnya. Hanya sekejap penyakit yang diderita warga Aromarea hilang. Setelah itu, Yosep segera  bertemu raja dan memberikan air hasil rendaman batu ajaib itu kepada istri sang raja. Hanya beberapa menit penyakit kutukan dari moyang Putri Sanoi hilang. Raja sangat senang karna istrinya kini telah sehat. Sebagai rasa terima kasih dan bentuk balas budi, sang Raja memberikan emas dan berlian serta memangil kembali warga Aromarea untuk kembali tinggal bersama sang Raja.

Autor:
Rian Klau

Bagaimana Sahabat ceritanya? Menarik kan? Jangan Lupa dibagikan yah..

Baca Juga:

Tujuan Belajar - Belajar dan Pembelajaran

belajar-dan-belajarBelajar pada hakekatnya merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undarg-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.

Perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan aspek yang menjadi tujuan belajar sebagaimana dikemukakan Bloom dkk. yang dikutip Harjanto (1997) sebagai berikut.

Indikator Aspek Kognitif
Aspek Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang didalamnya terdapat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan penghargaan atau penilaian/evaluasi. Aspek kognitif mengacu pada kemampuan berpikir yang lebih sederhana sampai pada kemampuan memecahkan masalah. Indikator aspek kognitif mencakup:
  1. Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari.
  2. Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan.
  3. Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata.
  4. Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan, mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghuhungkan antarbagian guna membangun suatu keseluruhan.
  5. Sintesis (synthesis),yaitu kemampuan menyimpulkan, mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan sebagainya.
  6. Penilaian (evaluation), yaitu kemmpuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau aporan penelitian yang didasarkan suatu kriteria.
Indikator Aspek Afektif
Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai yang didalamnya terdapat watak atau perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Ranah afektif mencakup hal seperti menerima dan memperhatikan, menanggapi, mengatur, dan/atau mengorganisasikan. Indikator aspek afektif mencakup:
  1. Penerimaan (receiving) yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memerhatikan pada suatu perangsang.
  2. Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, meunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.
  3. Penghargaan (valuing), yaitu kepekatanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.
  4. Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antarnilai, dan membangun sistem nilai, serta pengkonseptualisasian suatu nilai.
  5. Pengkarakteriisasian (characterization), yaitu proses afeksi di mana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang mcmbentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.
Indiaktor Aspek Psikomotor
Ranah ini berkaitan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak setelah menerima dan mengenyam penagalaman belajar tertentu. Aspek psikomotorik ini dapat dilihat atau diamati langsung dilapangan. Indiaktor aspek psikomotor (Samson 1974) mencakup:
  1. Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektifitas gerak.
  2. Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.
  3. Respons terbimbing (guide respons) , yaItu tahap awal belajar keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertunjukan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.
  4. Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses di mana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.
  5. Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi.
  6. Penyesuaian (adaptation), yaitu keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kodisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis,
  7. Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.

Prinsip-Prinsip Belajar - Belajar dan Pembelajaran

belajar-dan-belajar
Belajar mempunyai prinsip atau dasar yang menjadi pokok dalam berpikir. Belajar dilakukan secara terstruktur dan teratur serta bersistem dalam pelaksanaanya. Kegiatan ini tidak pernah dibatasi oleh ruang dan waktu dan tidak akan pernah berhenti, sebab belajar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan. Belajar sebagai kegiatan sistematis dan kontinu memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

Belajar berlangsung seumur hidup
Belajar merupakan proses perubahan perilaku peserta didik sepanjang hayat (long life education) dari mulai buaian ibu sampai menjelang masuk ke liang lahat yang berlangsung tanpa henti (never ending), serasi dan selaras dengan periodesisasi tugas perkembangannya (development task) peserta didik.

Proses belajar adalah kompleks, tetapi terorganisir
Proses belajar banyak aspek yang mempengaruhinya, antara lain kualitas dan kuantitas raw input (peserta didik) dengan segala latar belakangnya, Instrumental input, dan environmental input yang kesemuanya diorganisasikan secara terpadu (integrative) dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
Proses pembelajaran disesuaikan dengan tugas pekembangan (development task dan tingkat kematangan (maturation) peserta didik, baik secara fisik (fisically) maupun secara kejiwaan (psychological) dari mulai hahan ajar yang sederhana menuju bahan ajar yang kompleks.

Belajar dari mulai yang faktual menuju konseptual
Proses pembelajaran merupakan proses yang sistematis dan integratif di mana penyajian bahan ajar disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik yang dimulai dengan bahan ajar yang bersifat faktual yang mudah diamati oleh panca indera menuju hahan ajar yang membutuhkan imajinasi berpikir tingkat tinggi (konseptual).

Belajar mulai dari yang kongkret menuju abstrak
Proses pembelajaran berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dari mulai bahan ajar yang mudah diamati secara nyata (kongkret) menuju proses pembelajaran yang memenlukan daya nalar yang imajinatif, proyektif, dan prospektif.

Belajar merupakan bagian dari perkembangan
Proses pembelajaran menupakan mata rantai penjalanan kehidupan peserta didik. Episode perkembangan peserta didik harus diisi dengan berbagai pengalaman yang bermakna (meaningfull), paling mendasar (essencial), dan mendesak harus didahulukan (crucial), serasi, selaras, dan seimbang dengan tingkat perkembangan mental (mental age), dan umur kalender (cronological age) peserta didik. Keberhasilan belajar dipenganuhi oleh faktor bawaan (heredity), lingkungan (environment), kamatangan (time or maturation), serta usaha keras peserta didik sendiri (endeavor).

Belajan mencakup semua aspek kehidupan yarg penuh makna, dalam rangka membangun manusia seutuhnya dan bulat, baik dari sisi agama, ideologi, politik, ekonorni, sosial, budaya, dan ketahanan.

Kegiatan belajar benlangsung pada setiap tempat dan waktu, baik dalam lingkungan keluarga (home schooling) sebagai pendidikan awal (tarbiyatul ula) bagi lingkungan masyarakat (non formal eduction), dan di lingkungan sekolahnya (formal education).

Belajar berlangsung dengan guru atapun tanpa guru
Proses pembelajaran di abad modern ini, guru bukan satu-satunya sumber belajan (resourches person), tetapi masih banyak sumber belajar lainnya. Misalnya, teman sebaya (peer group), perpustakaan manual, perpustakaan dunia maya (internet), dan lingkungan sekitar secara konstekstual (contextual reaching and learning).

Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan lingkungan internal seperti hambatan psikis dan fisik (psikosomatis), dan ekstennal, seperti lingkungan yang kurang mendukung, baik sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan sebagainya. Kegiatan belajar tententu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain, mengingat tidak semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri. Dengan bimbingan peserta didik akan mampu berrefleksi untuk berkaca diri (self mirror, instrosfeksi); memahami diri (self understanding) mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman; menenima diri (self acceptance) atau menolak diri (self rejection); mengarahkan diri (self direction); mengembangkan diri (self development); dan menyesuaikan dini (self adjustment)

Ansubel yang dikutip Djadjuri (1980: 9) menyatakan, ada lima prinsip utama belajar yang harus dilaksanakan, yaitu:
  1. Subsumption, yaitu proses penggabungan ide atau pengalaman baru terhadap pola ide-ide yang telah lalu yang telah dimiliki.
  2. Organizer, yaitu ide baru yang telah dicoba digabungkan dengan pola ide-ide lama di atas, dicoba diintegrasikan sehingga menjadi suatu kesatuan pengalaman. Dengan prinsip ini dimaksudkan agar pengalaman yang diperoleh itu bukan sederetan pengalaman yang satu dengan yang lainnya terlepas dan hilang kembali.
  3. Progressive Differentiation, yaitu bahwa dalam belajar suatu keseluruhan secara umum harus terlebih dahulu muncul sebelum sampai kepada suatu bagian yang lebih spesifik.
  4. Concolidation, yaitu sesuatu pelajaran harus terlebih dahulu dikuasai sebelum sampai ke pelajaran berikutnya, jika pelajaran tersebut menjadi dasar atau prasyarat untuk pelajaran berikutnya.
  5. Integrative Reconciliation, yaitu ide atau pelajaran baru yang dipelajari itu harus dihubungkan dengan ide-ide atau pelajaran yang telah dipelajari terdahulu. Prinsip ini hampir sama dengan prinsip subsumption, hanya dalam prinsip integrative reconciliation menyangkut pelajaran yang lebih luas, umpamanya antara unit pelajaran yang satu dengan yang lainnya.

Proses morfofonemis dalam kata Bahasa Indonesia dan Bahasa Manggarai


Selamat berjumpa kembali di artikel ini sahabat Anak Pantai. Pada Artikel ini kita akan membahas tentang proses morfofonemis dalam kata bahasa Indonesia dan Bahasa Manggarai. Terutama perubahan makna pada kata yang terjadi akibat proses morfofonemis. Selamat membaca atau Copas!


PROSES MORFOFONEMIS DALAM KATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MANGGARAI


Siprianus Aris
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNIPA - Manokwari
Pos-el: ariessipriano@gmail.com


PENDAHULUAN
Dalam bahasa indonesia, kita mengenal kajian tentang bunyi, kata dan pembentukan kata, frasa, klausa, dan juga kalimat. Hal yang sama juga berlaku pada bahasa daerah atau yang lebih dikenal dengan istilah bahasa ibu. Kajian tentang bunyi, kata dan pembentukan kata, gabungan dua kata atau lebih, satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, atau bahkan sesuatu yang lebih kompleks yaitu kalimat mempunyai bidangnya masing-masing yang membahas secara khusus dan saling berhubungan. Dalam mempelajari cabang ilmu bahasa morfologi misalnya. Di dalam cabang ilmu bahasa morfologi, yang dibahas bukan hanya tentang kata dan bentuk kata, namun juga keterkaitannya dengan cabang ilmu bahasa fonologi.

Keterkaitan keduanya dapat kita lihat pada pada proses yang kita kenal dengan istilah morfofonemik, atau morfofonologi,  atau morfonemik atau morfonologi yang secara umum membahas tentang perubahan bunyi akibat adanya pengelompokkan morfem. Morfofonologi merupakan gabungan dari dua bidang studi yaitu morfologi dan fonologi, atau morfologi dan fonemik. Meskipun biasanya dibahas dalam tataran morfologi, tetapi sebenarnya lebih banyak menyangkut masalah fonologi. Kajian ini tidak dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul dalam kajian morfologi, terutama dalam proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Masalah morfofonemik ini terdapat hampir pada semua bahasa yang mengenal proses-proses morfologis.

Hubungan antara morfologi dengan fonologi dibahas secara khusus dalam sebuah kajian morfofonemis. Proses morfofonemik  membahas tentang penambahan fonem, hilangnya fonem, dan berubahnya fonem dalam sebuah kata. Artikel ini membahas tentang kajian morfofonemis dalam kata Bahasa Manggarai dan kata Bahasa Indonesia, dimana didalamnya mengkaji tentang fonem sebagai pembeda makna dan proses fonetis dari fonem yang ditentukan. Proses fonetis yang dimaksudkan adalah cara kerja dari alat ucap atau cara alat ucap (artikulator dan titik artikulasi) menghasilkan bunyi-bunyi fonem baik itu fonem vokal maupun fonem konsonan.

Artikel ini membahas tentang proses morfofonemis dalam kata bahasa Indonesia yaitu kata parang dan barang, sudah dan ludah, dalam dan malam dan proses morfofonemis dalam kata bahasa Manggarai yaitu pada kata kawe “cari” dan lawe “sumbu”, pau “mangga” dan wau “bau”, jitong “burung rajawali”  dan titong “didik”, dan kasa “pohon asam”  dan kala “sirih”  serta proses fonetis dari masing-masing morfem. Artikel ini bertujuan menjelaskan tentang proses morfofonemis dalam kata bahasa Indonesia dan kata bahasa Manggarai, mengetahui bagaimana proses fonetis dari setiap morfem yang dijadikan sebagai pembeda makna serta terminologi dari setiap proses fonetis, dan mengetahui bentuk-bentuk proses morfofonemis.


LANDASAN TEORI
Pengertian Morfofonemik
Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan  bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).

Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya. Menurut Harimurti Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10 (sepuluh) yaitu pemunculan fonem, pengekalan fonem, pemunculan dan pengekanan fonen, pergeseran fonem, perubahan dan pergeseran fonem, pelepasan fonem, peluluhan fonem, penyisipan fonem secara historis, pemunculan fonem berdasarkan pola asing, dan ariasi fonem bahasa sumber. Namun yang menjadi fokus pembahasan pada artikel ini adalah proses perubahan dan pergeseran fonem dalam sebuah kata. Fonem yang berubah yang menyebabkan makna kata berubah dari bentuk awalnya.

Proses Morfofonemis
Proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan. Berikut ini akan dijelaskan proses morfofonemis dalam kata Bahasa Indonesia dan Bahasa Manggarai.

Proses Morfofonemis Dalam Kata Bahasa Indonesia
Kata parang dan barang
Kata parang bermakna pisau besar (lebih besar daripada pisau biasa, tetapi lebih pendek darpada pedang) dan kata barang bermakna benda umum (segala sesuatu yg berwujud atau berjasad) dibedakan oleh fonem konsonan /p/ dan fonem konsonan /b/ yang berada di awal kata sehingga mengubah makna kata yang diperoleh. Proses fonetis dari kedua fonem tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /p/ disebut sebagai konsonan bilabial karena fonem ini dihasilkan melalui pertemuan antara kedua belah bibir baik bibir atas sebagai titik artikulasi maupun bibir bawah sebagai artikulator. Dalam proses menghasilkan fonem konsonan /p/ ini, udara tidak dihambat sehingga menghasilkan suara.
  2. Fonem konsonan /b/ merupakan konsonan bilabial yang prosesnya sama dengan fonem konsonan /p/ yaitu konsonan yang terbentuk oleh pertemuan antara 2 bibir baik sebagai artikulator maupun titik artikulasi.
Kata sudah dan ludah
Perbedaan makna pada kata sudah dan ludah disebabkan oleh fonem konsonan /s/ dan /l/ yang ditempatkan pada awal kata dari kedua kata tersebut.  Kata sudah bermakna telah jadi, telah selesai dan kata ludah yang berarti air yang keluar dari mulut. Proses fonetis dari kedua fonem konsonan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /s/ merupakan konsonan apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif dan langit-langit keras sebagai artikulator pasif atau titik artikulasi. Dalam proses menghasilkan fonem konsonan /s/ artikulator mengeluarkan suara.
  2. Fonem konsonan /l/ merupakan konsonan apiko-alveolar, sama seperti fonem konsonan /s/ di atas, yaitu fonem konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif dan langit-langit keras sebagai artikulator pasif atau titik artikulasi. Dalam proses menghasilkan fonem konsonan /s/ artikulator mengeluarkan suara.
Kata juang dan ruang
Perbedaan makna pada kata juang dan ruang disebabkan oleh fonem konsonan /j/ dan /r/ yang ditempatkan pada awal kata dari kedua kata tersebut.  Kata juang bermakna usaha dengan tenaga dan kata ruang yang berarti tempat segala yang ada. Proses fonetis dari kedua fonem konsonan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /j/ merupakan konsonan hambat letup dimana terjadi hambatan penuh arus udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba. Fonem konsonan /j/ masuk dalam kategori fonem letup medio-palatal karena dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Dalam proses menghasilkan fonem konsonan /j/ artikulator mengeluarkan suara.
  2. Fonem konsonan /r/ merupakan konsonan getar yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat yang dikenal dengan istilah apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya (titik-artikulasi) adalah gusi.
Kata masalah dan makalah
Perbedaan makna dari kata masalah dan makalah disebabkan oleh perbedaan fonem konsonan ketiga dari kata tersebut (fonem konsonan /s/ dan /k/. Kata masalah mempunyai arti sesuatu yang harus diselesaikan dan kata makalah berarti karya tulis yang dijadikan sebagai laporan pelaksaan tugas oleh pelajar atau mahasiswa. Proses fonetis dari kedua fonem konsonan di atas adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /s/ merupakan fonem geseran atau frikatif yang dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru,   sehingga   jalan   udara   terhalang   dan   keluar   dengan   bergeser. Fonem konsonan /s/  terjadi   jika artikulator aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator pasifnya gusi atau dikenal dengan istilah konsonan   geseran   lamino-alveolar. Meskipun udara dihambat namun tetap mengeluarkan suara.
  2. Fonem konsonan /k/ merupakan konsonan hambat   letup dimana saat proses pembentukan fonem oleh artikulator,  terjadi hambatan   penuh   arus   udara. Fonem konsonan /k/ masuk adalam jenis konsonan   hambat   letup   dorso-velar, yaitu konsonan yang terjadi   jika artikulator aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit- langit   lunak   (langit-langit   bawah).

Proses Morfofonemis Dalam Kata Bahasa Manggarai
Kata kawe dan lawe
Kata kawe dan lawe yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan secara berturut-turut adalah cari dan sumbu. Perbedaan makna pada 2 (dua) kata di atas disebabkan oleh perbedaan fonem awal pada kedua kata itu. Bunyi fonem /k/ dan fonem /l/ mempunyai fungsi sebagai pembeda makna.
Sedangkan proses fonetik dari kedua fonem tersebut diuraikan sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /k/ dihasilkan oleh belakang lidah sebagai artikulator dang langit-langit lembut sebagai artikulasi atau biasa disebut konsonan velar dimana terjadi penghambatan udara sehingga tidak bersuara.
  2. Fonem konsonan /l/ dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi atau biasa disebut dengan istilah apiko-alveolar. Fonem konsonan yang dihasilkan tidak dihambat sehingga bersuara.

Kata pau dan wau
Kata pau “mangga” dan wau “bau” mempunyai makna yang berbeda akibat perbedaan fonem awal pada kedua kata itu. Bunyi fonem konsonan /p/ dan fonem /w/ mempunyai fungsi sebagai pembeda makna. Proses fonetik dari kedua fonem tersebut diuraikan sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /p/ dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi atau disebut dengan istilah konsonan letup bilabial. Dalam pembentukan konsonan /p/ terjadi penghambatan udara namun tetap menghasilkan suara. Konsonan   ini   terjadi   jika artikulator aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya (titik artikulasi) bibir atas.
  2. Fonem konsonan dan/atau semivokal /w/ dihasilkan sama seperti fonem konsonan /p/ diatas yaitu dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi atau disebut dengan istilah konsonan semivokal bilabial. Dalam pembentukan konsonan dan/atau semivokal /w/ tidak terjadi penghambatan udara sehingga menghasilkan suara.
Kata jitong dan titong
Kata jitong “rajawali” dan titong “didik” mempunyai makna yang berbeda akibat perbedaan fonem konsonan awal dari masing-masing kata, yaitu fonem konsonan /j/ dan fonem konsonan /t/. Proses fonetik dari kedua konsonan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /j/ dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi sehingga udara tidak dihambat dan menghasilkan bunyi atau suara.
  2. Fonem konsonan /t/ dihasilkan dengan ujung lidah yang bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasi (apiko-dental), tidak ada hambatan, dan bersuara.
Kata kasa dan kala
Kata kasa mempunyai arti “pohon asam” dan kala “sirih (daun, pohon, dan buahnya)” dibedakan oleh fonem konsonan ketiga dari kata-kata tersebut yaitu fonem konsonan /s/ dan /l/.
Proses fonetis dari masing-masing fonem tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Fonem konsonan /s/ merupakan fonem konsonan   geseran   lamino-alveolar.   Konsonan   ini   terjadi   jika artikulator aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator pasifnya gusi. Udara yang dihasilkan tidak dihambat sehingga mengeluarkan suara.
  2. Fonem konsonan /l/ dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator (artikulator aktif) dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi (artikulator pasif). Proses ini disebut dengan istilah nasal apiko-alveolar. Fonem konsonan yang dihasilkan tidak dihambat sehingga bersuara.

PENUTUP
Kesimpulan
Pembahasan  di atas dapat disimpulkan bahwa morfofonemik/ morfonemik/morfofonologi/ morfonologi adalah perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam pembentukan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem yang lain. Dalam morfofonologi terdapat 2 bidang kajian yaitu fonem sebagai pembeda makna dan proses fonetis atau cara alat ucap (artikulator dan titik artikulasi) menghasilkan bunyi dari fonem bersangkutan. Baik dalam bahasa daerah Manggarai maupun bahasa Nasional Indonesia, keduanya memiliki kajian morfofonemik.

Proses fonetis terhadap fonem konsonan memiliki banyak penggolongan diantaranya (1) Konsonan Hambat Letup diantaranya bilabial (bibir atas dan bibir bawah), apiko-dental (ujung lidah dan gigi), apiko-palatal (ujung lidah dan langit-langit keras), medio-palatal (tengah lidah dan langit-langit keras), dorso-velar (belakang lidah dan langit-langit lembut), dan hamzah (bunyi hambat dengan celah pita suara tertutup); (2) Konsonan nasal (sengau/mengeluarkan udara melalui hidung), diantaranya nasal   bilabial (bibir dan bibir), nasal medio-palatal (tengah lidah dan langit-langit keras), nasal apiko-alveolar (ujung lidah dan pangkal gigi), dan nasal dorso-velar (belakang lidah dan langit-langit lembut); (3) Konsonan Geseran atau Frikatif (udara menggeser alat ucap), seperti geseran labio-dental (bibir dan gigi), geseran   lamino-alveolar, geseran dorso-velar (belakang lidah dan langit-langit lembut), dan geseran laringal (bunyi yang dihasilkan dalam laring); (4) Konsonan Getar; dan (5) Semivokal.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://nurhidayati0109.blogspot.co.id/2014/09/hubungan-gramatikal-fonologi-dengan.html
https://ariesrutung.blogspot.co.id/2017/09/proses-pembentukan-fonem-konsonan-oleh.html
http://nelaoktarina.blogspot.co.id/2016/12/makalah-morfofonemik.html

Baca juga:
Proses Pembentukan fonem konsonan oleh alat ucap
Istilah dalam morfologi bahasa indonesia
Morfologi Bahasa Indonesia



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA