Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini belum sepenuhnya efektif. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap literasi. Kemahiran literasi mengantarkan sesorang untuk mengetahaui dan menyadari kebutuhan informasi bagi dirinya, mengetahui sumber-sumber informasi yang dapat diakses, terampil mengakses informasi yang dibutuhkan, dan terampil memanfaatkan informasi yang telah diperoleh untuk menghasilkan gagasan atau karya baru yang bermanfaat.
Pemanfaatan informasi dapat dilakukan untuk membangun gagasan baru yang lebih utuh atau untuk kepentingan-kepetingan praktis lainnya. Maksud ini dapat diwujudkan jika individu atau masyarakat memiliki kesadaran potensi diri dan pemanfaatannya infrastruktur teknologi modern secara positif. Pribadi ini menghindari pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi sebagai ruang obrolan yang sangat narsis, konsumtif, dan terkesan hura-hura. Teknologi ini seharusnya tidak digunakan sebagai alat untuk berbincang menu sarapan pagi, aktivitas wisata pribadi atau keluarga, dan reuni, tetapi digunakan sebagai ruang-ruang diskusi yang cerdas untuk pemberdayaan diri.
Dalam konteks menulis, setiap tulisan dibuat bukan sekadar ekspresi dari penulis itu sendiri, melainkan bentuk komunikasi penulis agar para pembaca atau penikmat tulisannya juga mampu menginterpretasi (menilai) apa yang dilihatnya. Jika tulisannya itu tidak terkonteks dengan kehidupan nyata atau fakta empirisnya tidak mendukung, maka pembaca diharapkan dapat memberikan penilaian atas sesuatu yang dibacanya. Sehubungan dengan itu, setiap wacana selalu mengandung niat, keteladanan, dan efek dari subjek penyaji wacana terhadap individu atau masyarakat yang menikmatinya. Ketiga hal ini jika dikaitkan dengan konsep tindak tutur komunikasi, maka kita akan menemukan istilah lokusi, ilokusi, dan perlokusi (Wibowo, 2015)
Untuk mendukung kompetensi literasi secara produktif dan kreatif, blog memberikan ruang yang sangat besar bagi setiap individu yang ingin mengaktualisasikan dirinya dalam dunia tulis-menulis. Blog adalah salah satu media yang dapat dijadikan sebagai ruang untuk mengembangkan kemampuan literasi baca-tulis. Lebih dari itu, blog dalam skala yang lebih besar merupakan media yang dapat dipakai untuk mengembangkan literasi teknologi yakni keterampilan menggunakan internet dan mengomunikasikan informasi. Lihat saja, hari ini informasi yang kita dapat sebagian besar disebarluaskan melalui blog. Di samping itu, jika mata kita tidak tertutup terhadap dunia digital, banyak orang yang menjadikan blog sebagai sumber penghasilan.
Blog Sebagai Pendukung Kompetensi Literasi
Hadirnya media blog akan sangat mempengaruhi kemapuan individu yang ingin mengembangkan kemampuannya dalam berliterasi. Di dalam blog, setidaknya seseorang akan memahami apa itu literasi baca-tulis, literasi digital, literasi informasi, literasi internet/jaringan, literasi komputer, literasi media, dan literasi teknologi. Ketujuh jenis literasi itu sudah terkandung di dalam blog. Untuk memahaminya, berikut akan dijelaskan secara berturut-turut.
Literasi Baca-Tulis
Secara sederhana, literasi baca-tulis diartikan sebagai melek aksara atau melek huruf. Literasi baca-tulis merupakan kemampuan untuk memahami isi teks tertulis (tersurat maupun tersirat) dan menggunakannya untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial (KBBI Luring Edisi V).
Bagi seorang blogger-pemula, kesalahan dalam menulis adalah hal yang biasa, bahkan akan diaggap sah-sah saja jika masih belum terlalu memperhatikan aturan-aturan penulisan. Kesalahan selalu mutlak mengambil bagian dalam keberhasilan atau kesuksesan sebuah tulisan pada blog. Dengan memadukan metode feedback (peer feedback, teacher feedback, dan self feedback) diharapkan dapat membantu blogger-pemula dalam meningkatkan kemampuan menuangkan ide atau gagasannya melalui tulisan. Keterbacaan sebuah tulisan bukan sepenuhnya dibebankan kepada penulis pemula, melainkan dibantu oleh kemampuan memahami dari para pembaca. Artinya, kemampuan seorang pembaca untuk memhami maksud yang ingin disampaikan penulis merupakan suatu keharusan, sehingga antara penulis dan pembaca saling membutuhkan. Dengan demikian, feedback adalah cara yang paling efektif dalam meningkatkan mutu tulisan.
Literasi Digital
Literasi digital merupakan suatu keahlian yang bertalian dengan penguasaan atau pemaanfaatan sumber dan perangkat digital. Riel (2012: 3) berpendapat bahwa literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari peranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks seperti akademik, karier, dan kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan itu, Bawden (2001) mengemukakan bahwa literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.
Salah satu peranti digital yang dipakai untuk mengakses dan meyebarluaskan informasi adalah blog. Melaui blog yang dipadukan dengan jaringan/internet, seseorang dapat mengakses segala informasi yang dibutuhkannya dengan sangat cepat. Seseorang yang membutuhkan informasi mengenai cara menulis yang baik, blog selalu berandil memberikan alternatif bagi pengakses. Kemampuan seseorang memahami informasi yang dimuat melalui blog, menyadurnya menjadi informasi yang baru, dan menyebarluaskan kembali adalah kemampuan dalam memaknai literasi digital. Literasi digital merupakan gabungan dari beberapa bentuk literasi, yaitu literasi komputer, literasi informasi, literasi teknologi, literasi visual, literasi media, dan literasi komunikasi (Martin, 2008).
Blog memberikan kemudahan bagi setiap individu untuk mengakses, memilih, dan memahami berbagai jenis informasi yang berguna bagi peningkatan taraf hidup dan kehidupannya. Selain itu, blog juga memberikan ruang bagi seseorang untuk berpartisipasi dalam menyuarakan aspirasi, perspektif, dan opininya kepada khalayak ramai.
Literasi Informasi
Literasi informasi dapat diartikan sebagai keahlian dalam mengakses dan mengevaluasi informasi secara efektif untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan (Verzosa, 2009 dalam Sitti Pattah, Literasi informasi: peningkatan kompetensi informasi dalam proses pembelajaran). Saya menjabarkan apa yang disampaikan oleh Doyle dalam Apriyanti (2010: 11) dengan mengaitkannya dengan aktivitas bloging. Individu yang memiliki kemahiran terhadap literasi informasi, sekurang-kurangnya ia mampu:
Pertama, menyadari kebutuhan informasi. Artinya, seseorang menyadari betapa minimnya pengetahuan yang dimilikinya sehingga ia merasa apa yang diketahuinya belumlah cukup. Orang semacam ini tahu bahwa dirinya tidak mengetahui apa pun. Seorang bloger atau narablog harus memiliki sikap seperti ini. Tulisannya akan mencerminkan kedalaman pengetahuan yang dimilikinya. Jika blog yang dibangun bertujuan untuk membagikan pengetahuan tentang komputer, maka pastikan blogernya mempunyai pengetahuan lebih tentang dunia komputer. Jangan sampai artikel yang dihasilkan adalah hasil aktivitas plagiat.
Kedua, menyadari informasi yang akurat dan lengkap merupakan dasar dalam membuat keputusan yang benar. Orang yang mempunyai pengetahuan yang luas mengenai suatu hal cenderung memberikan pertimbangan terhadap informasi yang diterimanya berkali-kali. Apabila informasi itu tidak sesuai dengan pengetahuannya, mengonfirmasi adalah cara agar kebenaran informasi itu terkuak. Semakin banyak ia mengetahui, semakin baik pula keputusan yang diambilnya. Menulis artikel dengan latar belakang pengetahuan jaringan yang luas merupakan daya dukung bagi seorang bloger dalam membagikan pengetahuanya kepada para pembaca.
Ketiga, mampu mengidentifikasi sumber-sumber potensial dari suatu informasi. Pada tataran ini, jika seseorang memiliki pengetahuan lebih mengenai informasi yang didapatnya, setidak-tidaknya ia bisa membedakan mana sumber informasi yang terpercaya, informasi yang dibaluti etis, dan mana informasi yang mengandung subjektivitas.
Keempat, mampu membangun strategi pencarian yang tepat. Dalam mencari informasi, individu yang yang mempunyai pemahaman lebih tentang mengakses informasi tertentu akan sangat cepat memperoleh suatu informasi baru, yang viral dan up to date, karena ia tahu dan paham cara memperolehnya. Bahkan bisa jadi informasi itu sebelum viral, ia sudah terlebih dahulu membaca atau melihatnya. Dengan perkataan lain, ia selangkah lebih maju dari orang lain.
Kelima, mampu mengakses berbagai sumber informasi termasuk teknologi dasar lainnya. Dengan pengetahuan yang baik tentang teknologi, informasi apa saja bisa ia peroleh. Seperti yang sudah saya singgung di poin sebelumnya, ia selalu selangkah lebih maju dari orang lain. Sebelum informasi itu dikonsumsi publik, mungkin saja ia adalah orang pertama yang mengetahuinya, bahkan lebih mungkin lagi informasi itu dipublikasikan olehnya.
Keenam, mampu mengevaluasi informasi, mampu mengelola informasi untuk mengaplikasikan/mempraktikkannya. Tingkat pemahaman kita terhadap sesuatu dapat dijadikan parameter dalam mengevaluasi dan megelola sesuatu sehingga dapat diaplikasikan. Misalnya, mencari informasi yang memuat cara membuat blog disertai dengan gambar, tetapi hanya informasi yang dapat dipahami yang bisa kita aplikasikan, yang bisa kita ikuti langkah-langkahnya.
Ketujuh, mampu mengintegrasikan informasi yang baru dengan pengetahuan lama yang telah dimilikinya. Di era digital, informasi berkembang begitu pesat, teknologi komputer misalnya. Memahami komputer di abad 20 akan berbeda dengan komputer yang eksis di abad 21. Di sinilah kemampuan kita untuk mengintergrasikan pengetahuan lama dengan hal baru yang kita ketahui. Artikel mengenai dasar-dasar komputer yang ditulis berdasarkan perkembangan pada abad 20 perlu kiranya direvisi, disesuaikan dengan pengetahuan yang berkembang hari ini. Pengetahuan baru dalam dunia bloging harus mampu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah pernah kita dapat;
Kedelapan, mampu menggunakan informasi dengan kritis dan untuk menyelesaikan masalah. Jika seseorang mengalami masalah dengan komputer pribadinya, misalnya, berbekal informasi yang pernah ia terima atau informsi yang ia cari, masalah yang dihadapi bisa diatasi.
Literasi Internet/Jaringan
Menurut Doyle, literasi internet/jaringan merupakan kemampuan dalam menggunakan pengetahuan teori dan praktik dalam hubungannya dengan internet sebagai medium komunikasi dan pengelolaan informasi. Literasi internet yaitu kemampuan untuk melakukan aktivitas komunikasi, pencarian informasi dan sejenisnya melalui medium internet guna memenuhi kebutuhan yang dimungkinkan terjadi hanya bila seseorang telah memahami literasi komputer (Mudjiyanto, 2012).
Dari pengertian di atas dapat saya katakan bahwa pemahaman kita terhadap literasi teknologi, literasi informasi, dan lain-lain bersumber dari pemahaman kita mengenai literasi komputer dan jaringan/internet. Leksikon download (mengunduh) dan upload (mengunggah) merupakan leksikon yang paling sering kita temuai ketika kita berhubungan dengan jaringan internet. Sebagai contoh, seorang blogger pasti paham dengan kedua leksikon ini, baik itu mendefinisikannya maupun konteks pemakaiannya dalam aktivitas blogging. Memublikasikan tulisan diblog adalah salah satu contoh kegiatan meng-upload, sedangkan mengambil materi yang diunggah ke blog adalah jenis kegiatan men-download. Kemampuan kita mempraktikkan kedua istilah di atas merupakan bentuk pemahaman kita terhadap literasi internet/jaringan.
Lebih luas lagi, literasi jaringan berbicara mengenai intekoneksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan dunia luar, pulau dengan pulau, negara dengan negara, benua dengan benua secara maya. Tentu saja ini dikendalikan oleh manusia.
Literasi Komputer
Literasi komputer merupakan kemampuan untuk memperoleh dan menerapkan pemahaman dasar tentang perangkat keras dan perangkat lunak komputer untuk memecahkan masalah atau mengakses informasi (KBBI, 2015). Dengan demikian, seseorang yang memiliki kemahiran dalam bidang komputerisasi seharusnya menguasai konsep dasar hardware dan software. Sama halnya dengan literasi jaringan, literasi komputer menuntut individu untuk dapat mendiagnosa masalah-masalah komputer, semisal ketika kompuer tidak memiliki tampilan. Ketepatannya dalam memberikan diagnosa merupakan langkah awal bagi individu agar dapat memberikan solusi yang tepat.
Di era digital ini, akan sangat disayangkan jika seseorang hanya mempunyai kemampuan mengoperasikan komputer. Mestinya, seorang user (pengguna) komputer memiliki kemampuan dasar mengenai komputer, baik itu masakah hardware mauoun masalah software. Langkah yang akan diambil jika komputer yang dipakainya tidak lagi dapat terhubung ke internet atau tidak terkoneksi dengan perangkat tambahan (peripheral), mengerti tantang prosedur mematikan komputer yang baik dan benar atau tips merawat komputer agar bisa bertahan lama adalah kasus-kasus kecil yang mesti seorang user komputer pahami.
Literasi Media
Pemahaman literasi media secara tradisional diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mengakses, menganalisis, dan menciptakan (Silverblatt, 2007). Sejalan dengan itu, KBBI menjelaskan pengertian literasi media yakni kemampuan mengakses, menganalisis, dan menciptakan informasi untuk tujuan tertentu. Menulis artikel tentang hal-hal yang trendi di masa sekarang merupakan salah satu contoh literasi media. Dengan mengamati, kita dapat membuat gambaran tentang hal yang dilihat dan kemudian memublikasikan apa yang dilihatnya kepada khalayak umum.
Dalam konteks bloging, seorang narablog mesti menguasai literasi media. Hal in penting karena apa yang dituliskannya merupakan hasil dari informasi yang pernah ia akses atau pernah dilihatnya.
Literasi Teknologi
Literasi teknologi secara sederhana dapat dimaknai sebagai keterampilan yang dimiliki seseorang terhadap cara menggunakan internet dan mengomunikasikan informasi. Di sini, seseorang dituntut untuk dapat mengomunikasikan informasi, artinya individu tersebut harus memiliki kemampuan dalam menulis. Menguasai literasi teknologi melibatkan literasi informasi yang dua-duanya saling memberi dukungan. Literasi teknologi memungkinkan informasi dapat disebarluaskan dengan cepat dan skop luas. Kemampuan itu dapat dilakukan seseorang melalui blog.
Referensi
Bungin, B. (2006) Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
Bungin, Burhan.(2008). Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Haryati. (2011). Studi Literasi Informasi Pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) Tenaga Pendidik. Jurnal Penelitian Komunikasi. Bandung: BPPKI. Vol. 14 No. 2. hal. 111-126.
Moedjiono. (2014). Tantangan dan Peluang Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia, jurnal.atmaluhur.ac.id/, diakses 10 Oktober 2018.
Mudjiyanto, Bambang. (2012). Literasi Internet Dan Partisipasi Politik Masyarakat Pemilih dalam Aktivitas Pemanfaatan Media Baru. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media. Jakarta: BPPKI. Vol. 16 No. 1. hal. 1-15.
Rahman, A. Harahap. (2010). Literasi Internet Dan Peningkatan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Pikom Penelitian komunikasi dan Pembangunan. Medan Balai besar Pengkajian Dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika. Vol. 11 No. 3. hal. 403 - 426.
Severin, J Werner dan James W. Tankard,, Jr. (2007). Teori Komunikasi, (Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa). Penerjemah, Sugeng Hariyanto. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Triyono, A. (2010). Pendidikan Literasi Media Pada Guru TK Gugus Kasunanan Sebagai Upaya Menanggulangi Dampak Negatif Televisi. Warta, 13(2), 150–159.
===========
Author:
ariesrutung95