Resensi Artikel: Erosi Leksikon Bidang Persawahan di Bali | Anak Pantai

Resensi Artikel: Erosi Leksikon Bidang Persawahan di Bali

Erosi Leksikon Bidang Persawahan Di Bali: Suatu Kajian Ekolinguistik merupakan sebuah artikel yang ditulis oleh seorang mahasiswi Program Studi Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra Universitas Udayana, Ni Ketut Ratna Erawati. Artikel ini menarik untuk dibahas karena berisi penelitian tentang pengaruh lingkungan terhadap eksistensi bahasa. Artikel ini merupakan kajian ekolinguistik. Secara garis besar, artikel ini menjelaskan tentang terjadinya erosi leksikon bidang persawahan di Bali. Erosi leksikon terjadi akibat lingkungan tempat di mana bahasa ini hidup (dipakai) dialihfungsikan ke manfaat lain, sehingga menyebabkan bahasa ini tidak lagi dapat digunakan oleh para penuturnya. Akibatnya, generasi muda dari penutur yang dulunya bekerja di areal persawahan tidak lagi mengetahui bahkan tidak pernah mendengarkan leksikon-leksikon yang hidup dan berkembang pada areal persawahan. Hal inilah yang menjadi penyebab utama mengapa erosi leksikon pada bidang persawahan di Bali ini terjadi. Selain itu, perkembangan teknologi di bidang persawahan juga ikut berandil dan menjadi faktor yang menyebabkan erosinya leksikon.

Artikel ini berusaha menggali faktor penyebab terjadinya erosi leksikon dan meneliti persentase pengetahuan penutur asli (native speaker) terhadap data leksikon yang “eksis” di bidang persawahan di Bali. Selain itu, peneliti mengelompokkan leksikon-leksikon itu berdasarkan kategori sintaksis. Penutur yang diikutsertakan dalam penelitian ini dikelompokkan ke dalam tiga rentang usia, yakni penutur berusia kurang dari (<) 30 tahun, penutur berusia 30 sampai 50 tahun, dan penutur di atas (>) 50 tahun.

Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang artikel ini, pertanyaan yang harus kita jawab bersama adalah apakah yang dimaksud dengan erosi leksikon? Apakah 2 faktor yang sudah disebutkan di atas merupakan faktor tunggal yang menyebabkan leksikon pada areal persawahan ini tidak lagi eksis?

Erosi Leksikon
Pada artikel Erosi Leksikon Bidang Persawahan Di Bali: Suatu Kajian Ekolinguistik, pengertian erosi leksikon tidak dibahas begitu jelas. Akan tetapi, dilihat dari latar belakang penulisan artikel, saya dapat memberikan kesimpulan bahwa erosi leksikon adalah gejala memudarnya atau terkikisnya pengetahuan tentang leksikon dari kehidupan penutur sehingga bahasa yang dipakai oleh kelompok penutur bahasa tersebut berpotensi mengalami pergeseran. Belum banyak ahli yang menggunakan istilah ini (erosi), tetapi mereka cenderung menggunakan istilah pergeseran yang dimaknai sebagai suatu keadaan di mana bahasa lokal setempat mengalami perubahan baik pada tataran leksikal maupun gramatikal. Perubahan lingkungan kebahasaan disebabkan oleh dominasi hegemoni sejumlah faktor, yaitu faktor sosiolinguistis, psikologis, demografis, dan ekonomik (Gunarwan, 2006: 102).
Faktor sosiolinguistis adalah adanya bilingualisme (atau multilingualisme jika lebih dari dua bahasa terlibat), faktor psikologis dipengaruhi pandangan para anggota masyarakat bahasa yang bersangkutan mengenai bahasa mereka di dalam konstelasi (tatanan) bahasa-bahasa yang ada di dalam masyarakat (kebanggaan dan kesetiaan yang tinggi terhadap bahasa), faktor demografis berhubungan dengan jumlah penutur yang kecil, dan faktor ekonomik dikaitkan dengan pemilihan bahasa menuju pekerjaan yang lebih menguntungkan.

Faktor-Faktor Penyebab Erosi Bahasa
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erosi terhadap bahasa pada bidang persawahan di Bali, antara lain sebagai berikut.

Alih Fungsi Lahan
Alih fungsi lahan dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan mengubah fungsi suatu lahan yang aktif dipakai untuk kegiatan bercocok tanam, misalnya, menjadi lahan pembangunan pemukiman (rumah-rumah/atau gedung-gedung). Pengalihfungsian lahan semacam ini cenderung membawa akibat tererosinya leksikon-leksikon yang tumbuh dan berkembang serta diapaki pada lahan yang difungsikan untuk bercocok tanam karena tempat leksikon itu tumbuh telah berubah (Erawati, dalam Lingua: Jurnal Penelitian Linguistik volume 2, nomor 2, Agustus 2013).
Terjadinya erosi leksikon bukan karena faktor ketiadaan penutur, tetapi semata karena perubahan lingkungan, sawah sebagai tempat bertumbuhnya leksikon-leksikon dialihfungsikan. Perubahan perilaku masyarakat di Bali dalam bertani dan beralih pekerjaan, misalnya pengalihan lahan sawah menjadi perumahan, perkebunan menjadi vila, dan lain sebagainya menjadi faktor penting terjadinya erosi leksikon.

Kemajuan Bidang Ekonomi
Faktor ekonomi dikaitkan dengan pemilihan bahasa menuju pekerjaan yang lebih menguntungkan. Misalnya, tuntutan dunia kerja saat ini yang selalu menjadi syarat dalam merekrut tenaga kerja adalah kemampuan berkomunikasi yang baik. Sebagai orang Indonesia, kita dituntut terampil menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi secara baik dan benar. Kemampuan kita dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia merupakan peluang untuk dapat memperoleh pekerjaan yang menjanjikan. Dengan demikian, kemajuan bidang ekonomi membawa implikasi langsung terhadap perubahan perilaku masyarakat.

Perkembangan Teknologi
Perkembanagan teknologi juga berandil dalam masalah tererosinya bahasa di bidang persawahan di Bali terutama teknologi untuk bidang perswahan itu sendiri. Perkembangan teknologi memberikan perubahan pola panen dan alat yang digunakan untuk mengolah sawah. Misalnya, kehadiran mesin potong padi sampai menghasilkan gabah. Akibanya, alat tradisional yang dipakai sebelumnya tidak lagi digunakan sehingga leksikon untuk alat tradisional yang dipakai memotong padi makin terkikis dan cenderung hilang sehingga muncul leksikon baru untuk menggantikannya.

Ekosistem Sawah
Hilangnya beberapa populasi binatang dari eksosistem sawah. Punahnya binatang ini disebabkan oleh perubahan pola tanam padi dan penggunaan zat kimia pembasmi serangga yang mengganggu pertumbuhan padi. Selain itu, dengan dialihfungsikannya lahan persawahan menjadi pemukiman, maka segala jenis binatang (tikus, ular sawah, belut, keong, katak, dan lain sebagainya) yang menjadikan sawah sebabai habitat perlahan mengalamai kepunahan. Kepunahan binatang-binatang ini berdampak pada hilangnya leksikon yang dipakai untuk menyebut nama binatang-binatang tersebut.

Hasil penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Erawati ini menghasilkan pengelompokkan kata berdasarkan kategori sintaksis. Pengelompokan itu terdiri atas nominal (nomina kongkret, nomina yang bersifat magis, dan nomina bilangan) dan verbal. Di samping itu, akan dilengkapi dengan beberapa leksikon metafora. Sampel dari penelitian ini adalah 30 orang responden berdasarkan kriteria umur. Hasil penelitian menunjukan data pengetahuan penutur mengenai leksikon persawahan berdasarkan kategori-kategori yang ditetapkan peneliti terhadap penutur asli (native speaker) berusia kurang dari 30 tahun, 84% tidak pernah mengetahui leksikon yang menjadi data, usia 30 sampai 50 tahun, 50% pernah mendengar, dan penutur bersuia di atas 50 tahun, 86% pernah mendengar dan mengetahui.

Simpulan
Berdasarkan analisis di atas dapat dikatakan bahwa bahasa mengalami perubahan apabila ekologi yang menunjangnya berubah pula. Banyak ditemukan leksikon-leksikon yang berkaitan dengan persawahan cenderung tidak pernah digunakan dan akhirnya hilang. Berdasarkan hasil jawaban responden dapat dikatakan, bahwa kadar ketidaktahuan generasi muda terhadap leksikon-leksikon bidang persawahan berada pada 80% ke atas tidak mengetahuinya dan kecenderungan punah. Demikian pula dengan adanya kemajuan zaman dan kemajuan teknologi bahasa Bali banyak yang tergantikan oleh leksikon-leksikon baru. Di satu sisi, ada kata-kata/leksikon yang tererosi, kemudian menghilang dan di sisi lain tumbuh leksikon pengganti.

Daftar Pustaka
Al-Gayoni, Yusradi Usman. 2010. "Campur Alih Bahasa Gayo". www.theglobejournal.com (2 April 2010).

--------------------------------------- "Pengajaran Bahasa Berbasis Budaya". www.theglobejournal.com (20 Pebruari 2010).

--------------------------------------- "Serial Petatah-Petitih Gayo".
http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/22/serial-petatah-petitih-gayo/ (22 Februari 2010).

--------------------------------------- "Penyusutan Tutur dalam Masyarakat Gayo: Pendekatan Ekolinguistik (tesis). Medan: Sekolah Pascasarjana USU.

Haugen, Einar. 1972. The Ecology of Language. California: Sanford University Press.

Mbete, Aron Meko. 2009. "Selayang Pandang Tentang Ekolinguistik: Perspektif Kelinguistikan Yang Prospektif". Bahan Untuk Berbagi Pengalaman Kelinguistikan Dalam Matrikulasi Program Magister Linguistik Program Pasacasarjana Universitas Udayana, 12 Agustus 2009.

Mufwene, Salikoko S. 2001. The Ecology of Language Evolution. Cambridge: Cambridge University Press.

Odum, Eugene P. 1996.Dasar-Dasar Ekologi. (edisi terjemahan oleh Ir. Tjahjono Samingan, M. Sc.dari buku asli berjudul Fundamentals of EcologythirdEdition. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Susilo, Rachmad K. Dwi. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.



===========
Author:
ariesrutung95

1 komentar:

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan komentar. Kritiklah sesuka Anda!

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA