Selamat
siang, malam, atau sore buat sahabat-sahabat yang ketemu dengan artikel
ini. Pada pertemuan kali ini saya ingin membagikan kepada sahabat
tentang sebuah artikel yang berjudul Proses Morfofonemis dala kata
Bahasa Manggarai dan Bahasa Indonesia. Artikel ini merupakan tugas mata
kuliah morfologi yang ditugaskan oleh dosen saya. Langsung saja disimak
yah sahabat.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam
dunia kebahasaan, baik bahasa asing, bahasa nasional, dan bahasa daerah
atau yang biasa dikenal sebagai bahasa ibu sudah pasti di dalamnya
terdapat suatu kajian tentang bunyi, kata dan bentuk kata, frasa,
klausa, dan juga kalimat. Semua itu mempunyai bidangnya sendiri yang
membahas secara khusus masalah-masalah terkait dan mempunyai hubungan
timbal balik.
Dalam mempelajari cabang ilmu bahasa
morfologi misalnya. Di dalam cabang ilmu bahasa morfologi, yang dibahas
bukan hanya tentang kata dan bentuk kata, namun juga keterkaitannya
dengan cabang ilmu bahasa fonologi yang kita kenal dengan istilah
morfofonemik yang secara umum membahas tentang perubahan bunyi akibat
adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik membahas tentang
penambahan fonem, hilangnya fonem, dan berubahnya fonem.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari artikel ini adalah antara lain sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan morfofonemik?
- Bagaimana proses morfofonemik itu terjadi?
- Jelaskan proses morfofonemis sebagai pembeda makna dalam kata Bahasa Manggarai? (contoh kata disesuaikan)
- Jelaskan proses morfofonemis sebagai pembeda makna dalam kata bahasa Indonesia ? (contoh kata disesuaikan)
LANDASAN TEORI
Pengertian Morfofonemik
Pengertian Morfofonemik Secara Umum
Morfofonemik
adalah proses perubahan-perubahan fonem yang timbul dalam pembentukan
kata akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya kata membaca
terdiri dari dua morfem, yaitu morfem meN- dan morfem baca. Akibat
pertemuan kedua morfem itu, fonem nasal (N) pada morfem meN- berubah,
sehingga meN- menjadi mem-. Perubahan fonem itu tergantung pada kondisi
bentuk dasar (dasar kata) yang diikutinya. Kajian morfofonemik tidak
dibicarakan dalam tataran fonologi karena masalahnya baru muncul dalam
kajian morfologi.
Pengertian Morfofonemik Menurut Para Ahli
- Nelson Francis (1958) menyatakan bahwa morfofonemik mempelajari
variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf
sebagai akibat pengelompokkan menjadi kata.
- Samsuri (1982:28) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang
perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfem atau lebih
serta pemberian tanda-tandanya.
- Sumadi (2010:140) berpendapat bahwa morfofonemik ialah “perubahan
fonem” yang terjadi akibat bertemunya morfem yang satu dan morfem yang
lain.
- Zainal Arifin (2007:8) berpendapat bahwa proses morfofonemik adalah
proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem
awal kata yang bersangkutan
- Abdul Chaer (2007:194) mengemukakan bahwa morfofonemik, disebut juga
morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya
wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi,
reduplikasi, maupun komposisi.
- Kridalaksana (2007:183) berpendapat bahwa morfofonemik adalah
subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya
dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.
- Ramlan (dalam Tarigan, 1995:27) mengemukakan bahwa morfofonemik
mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat
pertemuan morfem satu dengan morfem lain.
- Heatherington (dalam Tarigan, 1995:27) morfofonemik, atau yang biasa
disebut dengan morfofonologi adalah ilmu yang menelaah morfofonem.
Morfofonologi adalah telaah umum mengenai bidang kebersamaan antara
bunyi dan bentuk kata. Dalam morfofonologi kita tidak menelaah bunyi
tunggal beserta varian-variannya saja, tetapi justru menelaah
bunyi-bunyi rangkap beserta varian-variannya.
- Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang
garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem
ajar menghasilkan bentuk belajar. Pada proses morfologis ini terjadi
perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN- dengan lihat menjadi
melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan
bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis,
sedangkan tanda huruf besar pada meN- yang pada realitas fonemis bisa
berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut morfofonem, dan ilmu yang
mempelajarinya disebut morfofonemik.
Proses Morfofonemis
Proses morfofonemik
adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan
fonem awal kata yang bersangkutan (Zainal Arifin, 2007:8). Berikut ini
akan dijelaskan proses morfofonemis dalam kata Bahasa Manggarai dan
Bahasa Indonesia.
Proses Morfofonemis Dalam Kata Bahasa Manggarai
Kata kawe dan lawe
Kata
kawe dan lawe yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan secara
berturut-turut adalah cari dan sumbu. Perbedaan makna pada 2 (dua) kata
di atas disebabkan oleh perbedaan fonem awal pada kedua kata itu. Bunyi
fonem /k/ dan fonem /l/ mempunyai fungsi sebagai pembeda makna.
Sedangkan proses fonetik dari kedua fonem tersebut diuraikan sebagai
berikut:
- Fonem konsonan /k/ dihasilkan oleh belakang lidah sebagai
artikulator dang langit-langit lembut sebagai artikulasi atau biasa
disebut konsonan velar dimana terjadi penghambatan udara sehingga tidak
bersuara.
- Fonem konsonan /l/ dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator
dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi atau biasa disebut
dengan istilah apiko-alveolar. Fonem konsonan yang dihasilkan tidak
dihambat sehingga bersuara.
Kata pau dan wau
Kata pau “mangga”
dan wau “bau” mempunyai makna yang berbeda akibat perbedaan fonem awal
pada kedua kata itu. Bunyi fonem konsonan /p/ dan fonem /w/ mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna. Proses fonetik dari kedua fonem tersebut
diuraikan sebagai berikut:
- Fonem konsonan /p/ dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir
yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi
atau disebut dengan istilah konsonan letup bilabial. Dalam pembentukan
konsonan /p/ terjadi penghambatan udara namun tetap menghasilkan suara.
Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya bibir bawah dan
artikulator pasifnya (titik artikulasi) bibir atas.
- Fonem konsonan dan/atau semivokal /w/ dihasilkan sama seperti fonem
konsonan /p/ diatas yaitu dengan mempertemukan kedua belah bibir yang
bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi atau
disebut dengan istilah konsonan semivokal bilabial. Dalam pembentukan
konsonan dan/atau semivokal /w/ tidak terjadi penghambatan udara
sehingga menghasilkan suara.
Kata jitong dan titong
Kata jitong
“rajawali” dan titong “didik” mempunyai makna yang berbeda akibat
perbedaan fonem konsonan awal dari masing-masing kata, yaitu fonem
konsonan /j/ dan fonem konsonan /t/. Proses fonetik dari kedua konsonan
tersebut adalah sebagai berikut:
- Fonem konsonan /j/ dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai
artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi sehingga
udara tidak dihambat dan menghasilkan bunyi atau suara.
- Fonem konsonan /t/ dihasilkan dengan ujung lidah yang bertindak
sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasi
(apiko-dental), tidak ada hambatan, dan bersuara.
Kata kasa dan kala
Kata kasa
mempunyai arti “pohon asam” dan kala “sirih (daun, pohon, dan buahnya)”
dibedakan oleh fonem konsonan ketiga dari kata-kata tersebut yaitu fonem
konsonan /s/ dan /l/. Proses fonetis dari masing-masing fonem tersebut
adalah sebagai berikut:
- Fonem konsonan /s/ merupakan fonem konsonan geseran
lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktifnya
daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan artikulator
pasifnya gusi. Udara yang dihasilkan tidak dihambat sehingga
mengeluarkan suara.
- Fonem konsonan /l/ dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator
(artikulator aktif) dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi
(artikulator pasif). Proses ini disebut dengan istilah nasal
apiko-alveolar. Fonem konsonan yang dihasilkan tidak dihambat sehingga
bersuara.
Proses Morfofonemis Dalam Kata Bahasa Indonesia
Kata vokal dan lokal
Kata
vokal yang bermakna “satuan fonologis yang diwujudkan dalam lafal tanpa
pergeseran, sepertt [a, i, u, e, o]”; dan kata lokal yang bermakna
“ruang yang luas”, dibedakan oleh fonem konsonan /v/ dan fonem konsonan
/l/ yang berada di awal kata terhadap makna yang diperoleh. Proses
fonetis dari kedua fonem tersebut adalah sebagai berikut:
- Fonem konsonan /v/ disebut sebagai konsonan bilabial karena fonem
ini dihasilkan melalui pertemuan antara kedua belah bibir baik bibir
atas sebagai titik artikulasi maupun bibir bawah sebagai artikulator.
Dalam proses menghasilkan fonem konsonan /v/ ini, udara tidak dihambat
sehingga menghasilkan suara.
- Fonem konsonan /l/ merupakan konsonan nasal yang dihasilkan oleh
ujung lidah sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik
artikulasi atau biasa disebut dengan istilah apiko-alveolar. Fonem
konsonan yang dihasilkan tidak dihambat sehingga bersuara atau nasal
apiko-alveolar.
Kata juang dan ruang
Perbedaan makna pada kata
juang dan ruang disebabkan oleh fonem konsonan /j/ dan /r/ yang
ditempatkan pada awal kata dari kedua kata tersebut. Kata juang
bermakna usaha dengan tenaga dan kata ruang yang berarti tempat segala
yang ada. Proses fonetis dari kedua fonem konsonan tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
- Fonem konsonan /j/ merupakan konsonan hambat letup dimana terjadi
hambatan penuh arus udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba.
Fonem konsonan /j/ masuk dalam kategori fonem letup medio-palatal karena
dihasilkan oleh bagian tengah lidah sebagai artikulator dan
langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Dalam proses menghasilkan
fonem konsonan /j/ artikulator mengeluarkan suara.
- Fonem konsonan /r/ merupakan konsonan getar yang dibentuk dengan
menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari paru-paru secara
berulang-ulang dan cepat yang dikenal dengan istilah apiko-alveolar.
Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang menyebabkan proses
menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya (titik-artikulasi)
adalah gusi.
Kata masalah dan makalah
Perbedaan makna dari kata
masalah dan makalah disebabkan oleh perbedaan fonem konsonan ketiga dari
kata tersebut (fonem konsonan /s/ dan /k/. Kata masalah mempunyai arti
sesuatu yang harus diselesaikan dan kata makalah berarti karya tulis
yang dijadikan sebagai laporan pelaksaan tugas oleh pelajar atau
mahasiswa.
Proses fonetis dari kedua fonem konsonan di atas adalah sebagai berikut:
- Fonem konsonan /s/ merupakan fonem geseran atau frikatif yang
dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang diembuskan dari
paru-paru, sehingga jalan udara terhalang dan keluar
dengan bergeser. Fonem konsonan /s/ terjadi jika artikulator
aktifnya daun lidah (lidah bagian samping) dan ujung lidah sedangkan
artikulator pasifnya gusi atau dikenal dengan istilah konsonan
geseran lamino-alveolar. Meskipun udara dihambat namun tetap
mengeluarkan suara.
- Fonem konsonan /k/ merupakan konsonan hambat letup dimana saat
proses pembentukan fonem oleh artikulator, terjadi hambatan penuh
arus udara. Fonem konsonan /k/ masuk adalam jenis konsonan hambat
letup dorso-velar, yaitu konsonan yang terjadi jika artikulator
aktifnya pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit- langit lunak
(langit-langit bawah).
Kata sebab dan sebar
Kata sebab dan sebar memiliki
makna yang berbeda karena perbedaan fonem ada akhir kedua kata tersebut
yaitu fonem konsonan /b/ dan fonem konsonan /r/. Sehingga diperoleh
makna dari masing-masing kata tersebut secara berurutan adalah “hal yang
menjadikan timbulnya sesuatu” dan “berserak/bertabur/berpencar”. Proses
fonetis dari kedua fonem konsonan tersebut adalah sebagai berikut:
- Fonem konsonan /b/ merupakan fonem konsonan yang dihasilkan melalui
proses hambat letup bilabial, yaitu artikulator aktifnya bibir bawah
dan artikulator pasifnya bibir atas
- Fonem konsonan /r/ merupakan konsonan konsonan getar yaitu konsonan
yang dibentuk dengan menghambat jalan arus udara yang diembuskan dari
paru-paru secara berulang-ulang dan cepat atau sering disebut konsonan
getar apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika artikulator aktif yang
menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya
gusi.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa morfofonemik atau
morfonemik/morfofonologi/morfonologi adalah perubahan-perubahan fonem
yang timbul dalam pembentukan kata akibat pertemuan morfem dengan morfem
yang lain. Dalam morfofonologi terdapat 2 bidang kajian yaitu fonem
sebagai pembeda makna dan proses fonetis atau cara alat ucap
(artikulator dan titik artikulasi) menghasilkan bunyi dari fonem
bersangkutan. Proses fonetis terhadap fonem konsonan memiliki banyak
penggolongan diantaranya (1) Konsonan Hambat Letup diantaranya bilabial,
apiko-dental, apiko-palatal, medio-palatal, dorso-velar, dan hamzah;
(2) Konsonan nasal (sengau), diantaranya nasal bilabial, nasal
medio-palatal, nasal apiko-alveolar, dan nasal dorso-velar; (3) Konsonan
Geseran atau Frikatif, seperti geseran labio-dental, geseran
lamino-alveolar, geseran dorso-velar, dan geseran laringal; (4) Konsonan
Getar; dan (5) Semivokal.
Proses morfofonemik dalam
bahasa manggarai hampir sama dengan bahasa indonesia, hanya saja cara
membunyikan serangkain fonem yang sudah dibentuk menjadi sebuah kata
yang bermakna kadang mengalami perubahan nada. Dalam bahasa manggarai,
terdapat istilah bahasa bernada. Nada yang berbeda akan mempengaruhi
makna dari kata yang diucapkan. Jadi dalam bahasa manggarai bukan hanya
proses morfemik yang dikaji tapi juga nada dalam pelafalan katanya,
karena sangat mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://nurhidayati0109.blogspot.co.id/2014/09/hubungan-gramatikal-fonologi-dengan.html
https://ariesrutung.blogspot.co.id/2017/09/proses-pembentukan-fonem-konsonan-oleh.html
http://nelaoktarina.blogspot.co.id/2016/12/makalah-morfofonemik.html
Itu tadi Artikel mengenai morfofonemik. Sekian dari saya, terima kasih sudah berkunjung.
Baca Juga :
Morfologi Bahasa Indonesia - First Meeting
Beberapa istilah dalam Morfologi - Tugas mata Kuliah Morfologi