Analisis unsur Intrinsik dan Ekstrinsik pada Cerpen Caronang karya Eka Kurniawan | Anak Pantai

Analisis unsur Intrinsik dan Ekstrinsik pada Cerpen Caronang karya Eka Kurniawan

Sekilas tentang kata analisis. Dalam linguistik, analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisis atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan. Namun, dalam perkembangannya, penggunaan kata analisis mendapat sorotan dari kalangan akademisi, terutama kalangan ahli bahasa. Penggunaan yang seharusnya adalah kata analisis. hal ini dikarenakan kata analisis merupakan kata serapan dari bahasa asing (inggris) yaitu analisys. Dari akhiran -isys bila diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi -isis. Jadi sudah seharusnya bagi kita untuk meluruskan penggunaan setiap bahasa agar tercipta praktik kebahasaan yang baik dan benar demi tatanan bangsa Indonesia yang semakin baik.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata analisis diartikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan sesuai dengan objek kajian kita pada artikel ini yaitu karya sastra, maka analisis yang dimaksud adalah menyelidiki sebuah cerpen terkait unsu intrinsik dan ekstrinsik yang terkandung di dalamnya. Data yang dianalisis adalah cerpen yang berjudul Caronang karya Eka Kurniawan. Bagi sahabat yang belum memiliki cerpen Caronang, silahkan unduh (download) terlebih dahulu DI SINI.

Berikut pembahasannya, silahkan disimak atau dikopi atau dibagikan. Salam....


ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
PADA CERPEN CARONANG KARYA EKA KURNIAWAN


Siprianus Aris
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNIPA Manokwari
Pos-el: ariessipriano@gmail.com

PEMBAHASAN
Sinopsis Cerpen Caronang karya Eka Kurniawan
Binatang peliharaan yang membawa malapetaka. Ceritanya bermula ketika si Aku dalam cerita ini dipenjarakan di Nusa Kambangan dikarenakan melakukan pelanggaran berat yaitu membunuh seorang laki-laki hanya karena masalah perempuan. Karena si Aku tidak betah dalam penjara, suatu ketika ia memutuskan untuk melarikan diri menyusuri sungai Sagara Anakan. Dalam pelariannya itu mendapati banyak tantangan sebelum akhirnya ia terdampar di sebuah delta kecil berupa rawa penuh ilalang dalam keadaan tak sadarkan diri. Ketika ia sadar ia menemukan dirinya di semacam kandang babi, rumpun belukar yang dibuat menyerupai gua, dikelilingi anjing-anjing kecil. Ternyata bianatang yang menyerupai anjing itu adalah binatang legenda Caronang yang ia pernah cari tahu dari beberapa binatang punah yang pernah ia diskusikan bersama dengan temannya.
Kemudian ia pulang membawa seekor dari binatang yang sangat mirip seperti anjing, hanya saja matanya besar seperti mata kucing untuk menjadi teman dari anaknya yang masih balita. Ia melatih binatang itu layaknya melatih anjing, seperti mengambil koran, sepatu, dan menutup/membuka pintu. Setelah lama diajarkan, bintang itu sudah paham betul apa aktivitas yang dilakukan oleh tuannya.
Di suatu hari, Caronang dan baby bertengkar karena memperebutkan selimut sehingga caronang ditendang oleh si Baby. Karena marah, keesokan harinya, pagi-pagi benar, Caronang mengambil sepucuk senjata milik tuannya yang sudah sabgat ia hafal cara menggunakannya yang meskipun selama ini ia tidak diajarkan langsung. Ia melihat tuannya dari kaca sering memegang senjata dan menembak. Tanpa ada yang tahu, caronang langsung menarik pelatuk senjata yang dibidikkan ke arah baby. Karena sering bermain bersama si baby kesehariannya, orang tua dari baby tidak menaruh sangka bahwa binatang itu sudah membunuh anak mereka. Mereka akhirnya tahu setelah Baby ditemukan tak bernyawa di atas tempat tidur.

ANALISIS UNSUR INTRINSIK
Pengertian Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik ialah unsur yang secara langsung hadir atau muncul di dalam sebuah karya sastra atau unsur yang berasal dari dalam sebuah karya sastra itu sendiri sehingga mempengaruhi tebentuknya karya sastra tersebut.

Jenis-jenis Unsur Intrinsik dalam Cerpen Caronang
Berikut adalah bagian-bagian dari unsur Intrinsik yang mempengaruhi terbentuknya Cerita Pendek dalam hal ini secara khusus cerpen Caronang.

Tema
Tema merupakan gagasan atau ide sebuah karya sastra. Tema harus mampu menjiwai sebuah karya sastra sebab tema inilah yang merupakan dasar penulisan sebuah karya sastra. Dalam cerita pendek Caronang tema yang dapat penulis simpulkan adalah “ Binatang peliharaan yang mengubah suasana suka menjadi duka”.

Amanat
Amanat adalah kesan atau pesan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pendidikan serta seuatu yang bermakna dalam hidup yang memberikan penghiburan, kepuasan, dan kekayaan batin kita terhadap hidup.
Dalam cepen caronang amanat yang dapat Penulis ambil adalah bahwa kita harus berhati-hati dalam mendidik binatang peliharaan apalagi yang memiliki naluri yang tinggi, jangan sampai mendatangkan sesuatu yang tidak dikehendaki setelah bintanag itu jinak dan mampu melakukan sesuatu. Selain amanat yang penulis simpulkan, dalam cerpen caronang sendiri ada amanat yang yang disampaikan secara  tersurat disampaikan oleh Penulis seperti pada paragraf 23: “Bagaimanapun sangatlah berbahaya membiarkan mereka terus hidup, terutama membiarkan mereka semakin cerdas, hingga suatu ketika bisa memanggil diri mereka sendiri Lupus Sapien”.

Alur
Alur atau plot merupakan jalan cerita dalam sebuah karya sastra. Wujud alur dalam karya sastra biasanya berupa jalinan peristiwa yang memperlihatkan koherensi atau kepaduan tertentu. Kepaduan alur dalam sebuah karya sastra diwujudkan oleh interaksi tokoh, tema, karena akibat, atau ketiganya. Ada 3 jenis alur dalam karya sastra, yakni alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
Dalam Cerpen Caronang alur cerita yang digunakan adalah Alur Campuran. Di paragraf pertama menjelaskan bagaimana perasan penulis setelah Caronang itu dibawa ke rumah untuk dipelihara kemudian di Paragraf 6 baru menceritakan bagaimana awal mulanya Caronang itu didapat yang kemudian dipelihara lalu pada paragraf . Alur mempunyai tahap-tahap sebagai berikut : 

Tahap perkenalan atau Eksposisi 
Adalah tahap permulaan suatu cerita yang di mulai suatu kejadian tetapi belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antar pelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat). Dalam Cerpen Caronang tahap perkenalan terdapat pada Paragraf 2, 3 dan 4. Dalam paragraf ini penulis menjelaskan siapa itu Caronang, seperti apa ciri-cirinya, dan bagaimana kehidupannya. 

Tahap pertentangan atau konflik 
Adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku. Ada dua jenis konflik yaitu :
  1. Konflik internal yaitu konflik yang terjadi dalam diri tokoh. Dalam cerpen karonang konflik internal  terjadi pada paragraf  16 “selama perjalanan sementara ia mendayung aku dilanda kepanikan tertentu....... fakta bahwa didasar sungai buaya dan biawak masih hidup....”
  2. Konflik eksternal yaitu konflik yang terjadi di luar tokoh. Dalam cerpen karonang konflik eksternal  terjadi pada paragraf  16 “Aku sebenarnya agak mengeluh dan bertanya apakah tidak sebaiknya menyewa perahu berkitir”.
Tahap penanjakan konflik atau komplikasi
Adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit. Pada cerpen Caronang tahap Komplikasi terjadi pada paragraf 19 “Semalam caronang itu bertengkar hebat dengan baby....” dan “pagi-pagi benar bintang itu telah turun dari tempat tidur istriku.... baby belum juga terbebas dari tidurnya sebelum senapan meletus dan mengakhiri hidupnya”.

Tahap klimaks

Adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak. Dalam cerpen Caronang tahap klimaks  terjadi pada paragraf  Paragraf 22 “ Di ujung malam, aku mendengar suara-suara mencurigakan dan segera berpikir ada seorang pencuri. ....selama itu, satu-satunya yang aku inginkan adalah pulang dan membunuh sendiri Caronang itu”.

Tahap penyelesaian
Adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini biasanya berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokoh setelah mengalami peristiwa puncak itu. Dalam cerpen Caronang tahap penyelseaian terdapat pada paragraf 21 “Maka, setelah pemakaman..... polisi segera menahanku”. Paragraf 23 “....Don Jarot telah membunuhnya, disembelih dan dijual ke warung sate anjing”.

Latar
Latar atau Setting merupakan unsur karya sastra yang mampu menunjukan di mana, kapan, dan bagaimana suasana sebuah peristiwa dalam karya sastra itu berlangsung. Terdapat tiga macam latar dalam sebuah karya sastra, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

Latar tempat
Dalam cerpen caronang, yang menjadi latar tempat atau berlangsungnya pesristiwa-peristiwa yang disajikan dalam cerita adalah sebagai berikut:
  1. Di rumah. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar tempat di rumah adalah “Kami tidak memberinya kesempatan keluar rumah dan menyembunyikan jika tamu datang” (Paragraf 3). “Istriku melatihnya mengambil koran dari bawah pintu, mengambil sepatuku pada pagi hari” (Paragraf 4).
  2.  Di Sungai. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar tempat di Sungai adalah “Kami berangkat pukul tujuh pagi...... bergerak melawan arus Sungai Citanduy” (Paragraf 13)
  3. Di Pelabuhan. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar tempat di Pelabuhan adalah “...berangkat pukul tujuh pagi dari Pelabuhan Cilacap.... (Paragraf 13)”
  4. Pulau terpencil (daerah pedalaman). Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar tempat di Pulau terpencil adalah “....diturunkan di satu pulau terdekat dengan penghuni hanya 3 keluarga nelayan” (Paragraf 15). Perahunya kami sewa untuk masuk ke daerah pedalaman (Paragraf 16).
  5. Rawa penuh ilalang. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar waktu di Pagi hari adalah “Terdampar di sebuah delta kecil berupa rawa penuh ilalang (Paragraf 7)”.
Latar waktu
Dalam cerpen caronang, yang menjadi latar waktu atau kapan berlangsungnya pesristiwa-peristiwa yang disajikan dalam cerita adalah sebagai berikut:
  1. Pagi hari. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar waktu di pagi hari adalah “....mengambil sepatuku pada pagi hari, sebelum kami meyadari ia bisa.....” (Paragraf 4). Kami berangkat pukul tujuh pagi dari pelabuhan cilacap....(Paragraf 13). Pagi-pagi sekali binatang itu telah turun dari tempat tidur istriku.....(Paragraf 20).
  2. Malam hari. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar waktu di malam hari adalah “ Di ujung malam aku mendengar suara-suara mencurigakan.....(Paragraf 22)”.
Latar Suasana
Dalam cerpen caronang, yang menjadi latar suasana atau keadaan pesristiwa-peristiwa yang disajikan dalam cerita adalah sebagai berikut:dalam cerpen caronang adalah :
  1. Takut dan Panik. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar suasana takut adalah “ Kami tak pernah memberinya kesempatan keluar rumah dan meyembunyikannya ketika tamu datang (Paragraf 3)”. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar suasana panik adalah “...meskipun memang benar perahunya tampak stabil, fakta bahwa di dasar sungai buaya dan biawak masih hidup...(Paragraf 16)”.
  2. Senang. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar suasana senang adalah “Saat itulah kami terpesona melihatnya duduk bersama Baby.....(Paragraf 4)”. Idenya untuk menemukan mereka sungguh-sungguh menggairahkanku (Paragraf 12).
  3. Menjijikkan. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar suasana menjijikkan adalah “Makanan pertamaku adalah lintah yang menempel di tubuhku (Paragraf 7)”.
  4.  Kagum. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar suasana kagum adalah “Aku berpikir seseorang membentangkan pita coklat di dasar sungai, tapi Don Jarot menegaskanku bahwa garis itu sungguh-sungguh alami.....(Paragraf 15)”.
  5. Sedih dan Marah. Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar suasana sedih adalah “...masih terduduk dengan kebingungan, sebelum senapan meletus dan mengakhiri hidupnya...(Paragraf 20) ”. “Bahkan di tengah kesedihan yang begitu rupa...” (Paragraf 21). Kalimat pendukung yang penulis dapat sehingga penulis menyimpulkan cerpen ini berlatar suasana marah adalah “...satu-satunya yang aku inginkan adalah pulang dan membunuh sendiri Caronang itu (Paragraf 22)”.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan orang yang menjalankan seluruh peristiwa dalam sebuah karya sastra. Penokohan merupakan penyajian  watak atau pencitraan yang ditunjukan oleh  setiap tokoh.
Dalam Cerpen Caronang tokoh-tokoh yang terlibat  adalah “Caronang (Binatang yang menyerupai anjing) memiliki sifat penurut, jinak, pintar tapi akhirnya jadi jahat. Don Jarot sebagi pelaku pembantu memiliki sifat kadang emosi tapi baik, ia membunuh seorang laki-laki hanya karena perempuan (yang menemukan habitat dari caronang), Aku sebagai pelaku utama memiliki sifat baik, sayang terhadap keluarga dan binatang peliharaan.

Konflik
Konflik dalam sebuah karya sastra berarti permasalahan-permasalahan yang dimunculkan dalam sebuah cerita. Terdapat dua jenis konflik yang seringkali ditampilkan dalam sebuah karya sastra, yakni konflik batin dan konflik antar pelaku.
Dalam cerpen Caronang konflik yang terjadi adalah (Paragraf 19) Caronang bertengkar hebat dengan baby yang kemudian memicu kemarahan dari Caronang (binatang yang menyerupai anjing tesebut) sehingga pada akhirnya Binatang itu membunuh Baby (anak dari Penulis) sehingga Penulis megalami tekanan batin karena anaknya meninggal dengan cara yang tragis (Paragraf 21).

Sudut Pandang
Sudut pandang (Point of View) merupakan penempatan pengarang atau posisi pengarang di dalam sebuah cerita yang dibuatnya. Ada tiga jenis sudut pandang yang dapat digunakan dalam sebuah karya sastra, yakni sudut pandang orang pertama (aku atau saya), sudut pandang orang kedua (menyebut nama), dan sudut pandang orang ketiga (dia atau ia).
Dalam cerpen Caronang sudut pandang yang digunakan dalam cerita adalah sudut pandang orang pertama (aku) dan pertama jamak (kami) menggunakan kata aku seperti pada kalimat  Paragraf 15 “Aku berpikir seorang membentangkan pita coklat di dasar sungai.....” dan Paragraf 16 “Aku sebenarnya agak mengeluh dan bertanya apakah tidak sebaiknya menyewa perahu berkitir”. Sudut pandang orang pertama jamak seperti pada kalimat paragraf 1, 3, 4, 5, 11, 12 dan seterusnya yang menggunakan kata kami.


UNSUR EKSTRINSIK
Pengertian Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi terbentuknya sebuah karya sastra atau unsur-unsur yang turut memengaruhi karya sastra, tetapi tidak ditampilkan langsung ke dalam ceritanya. Unsur Ekstrinsik yang mempengaruhi tersusunnyacerpen Caronang ini adalah sebagai berikut :
  
Latar Belakang Penciptaan
Adalah  dasar atau alasan suatu cerpen dibuat atau dibangun oleh pengarang. Dalam cerpen caronang, yang menjadi latar belakang  terbangunnya cerita tersebut adalah Penulis pernah mendiskusikan bersama temannya soal binatang-binatang punah, termasuk salah satunya binatang caronang ini. Seperti penjelasan pada paragraf 11 berikut : “Jauh sebelum ini, kami pernah mendiskusikan soal binatang-binatang punah. Kami mengumpulkan ensiklopedi dan catatan perjalanan serta cerita-cerita rakyat dan sama-sama mengambil kesimpulan barangkali mereka belum sungguh-sungguh punah. Kami berencana melakukan satu petualangan gila-gilaan untuk mencari harimau jawa, dan tentu saja juga Caronang, sebelum Don Jarot harus masuk tahanan dan tahun-tahun kemudian berlalu”. Kemudian pada paragraf 6 sampai paragraf 9 menjelaskan bagaimana awal mulanya binatang Caronang itu di temukan, tapi yang lebih spesifik mejelaskan tentang ditemukannya binatang Caronang adalah pada paragraf 10 berikut ini “Suatu hari, barangkali terserang deman malaria, ia jatuh sakit dalam persembunyian di delta-delta Sagara Anakan. Ia pikir dirinya nyaris mati, dan segera tak sadarkan diri. Ketika ia siuman, ia menemukan dirinya di semacam kandang babi, rumpun belukar yang dibuat menyerupai gua, dikelilingi anjing-anjing kecil. Waktu itu ia berpikir tengah menghadapi gambaran salah mengenai malaikat, tetapi ketika mereka menyodorkan ikan-ikan kecil untuk dimakannya mentah-mentah, ia segera menyadarinya sebagai si binatang legenda Caronang”.

Kondisi Masyarakat
Keadaan masyarakat baik itu ekonomi, sosial, budaya dan politik pada saat karya sastra tersebut di bangun, dalam hal ini cerpen. Dalam cerpen caronang kondisi masyarakat waktu cerita ini di bangun adalah mereka tidak tau bahwa masih ada binatang Caronang yang masih hidup hingga saat ini, karena mereka beranggapan bahwa binatang itu hanya mitologis belaka. Seperti kalimat pada paragraf 14 yang mengatakan bahwa “.....sebab bahkan penduduk setempat hanya mengenal namanya dan mengira itu hanya binatang mitologis belaka”.

Pandangan Hidup Pengarang
Merupakan  konsep yang dimiliki seorang Penulis Cerpen yang bermaksud menanggapi dan menerangkan segala masalah di dalam cerpen tersebut. Dalam cerpen caronang yang menjadi pandangan hidup Pengarang dalam menulis cerpen tersebut adalah dipengaruhi oleh rasa ingin tahunya yang tinggi untuk melakukan petualangan secara besar-besaran yang bertujuan untuk menyelidiki apakah binatang yang dianggap mitos oleh masyarakat memang betul-betul ada, dan pada kenyataanya memang benar. Binatang caronang yang tadinya hanya dianggap sebagai binatang mitologi oleh masyarakat ternyata memang benar-benar ada dan bahkan masih belum punah.

SIMPULAN
Sebuah cepen dapat dianalisis dengan berbagai metode pendekakatan. Pada artikel ini, Penulis menggunakan metode pendekatan objektif yaitu pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom (tidak dipengaruhi oleh hal lain; berdiri sendiri) dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarangm maupun pembaca. Pendekatan ini juga disebut oleh Welek & Waren (1990) sebagai pendekatan intrinsik karena kajian difokuskan pada unsur intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri.
Pendekatan objektif pada prinsipnya memandang karya seni terpisah dari segala sesuatu yang berada di luar karya tersebut. Seni adalah karya seni itu sendiri, lepas dari segala faktor eksternal yang ada. Dalam melakukan analisis dengan sendirinya cukup dengan sesuatu yang sudah ada di dalam karya.


REFERENSI
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis
https://kbbi.web.id/analisis
https://nashoba-hostina.deviantart.com/art/Lycanthrope-Skeleton-183722309

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan komentar. Kritiklah sesuka Anda!

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA