Pengertian sosiolinguistik menurut para ahli | Anak Pantai

Pengertian sosiolinguistik menurut para ahli

Sosiolingusitk adalah cabang ilmu bahasa yang tergolong ke dalam linguistik makro (makrolinguistik). Sosiolinguistik merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu berbeda (sosiologi dan linguistik) namun saling berhungan erat. Kendati demikian, objek yang dijadikan kajian dalam sosioingusitik bukanlah sosiologi (ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat), melainkan bahasa. Jadi, antara sosiolinguistik dan linguistik sosial merupakan dua disiplin ilmu dengan objek kajian yang berbeda. Yang satu mengkaji tentang bahasa dan yang lainnya mengkaji tentang kondisi sosial-kemasyarakatan. Berikut ini beberapa pengertian sosiolinguistik menurut beberapa ahli, baik dari luar negeri maupun dalam negeri.
Sumarsono (2011) mengatakan istilah sosiolinguistik terdiri dari 2 kata, yaitu sosio adalah “masyarakat” dan linguistik adalah “kajian bahasa.” Jadi sosiolingusitik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi).

Halliday (1970) sosiolinguistik adalah linguistik institusional (institutional linguistic), berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahas itu (deal with the relation between a language and the people who use it)

Pride dan Holmes (1972) menyebutkan bahwa sosiolinguistik adalah “..... the study of language as part of culture and society” yaitu kajian bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat. Jadi menurut mereka bahasa merupakan bagian dari kebudayaan (language in culture), bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri ( language and culture).

Fishman (1972) mengatakan bahwa “the sociologi of language focusses upon the entire gamut of topics related to the social organization of language behavior, icluding not only language usage per se, but also language attitudes, over behavior toward language and language users.” Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa. Jadi menurut Fishman, sosiolinguistik lebih diberatkan kajiannya kepada bidang sosiologi daripada linguistik itu sendiri. Kendati demikian, ada orang yang mengaitkan masalah bahasa dengan didahului oleh kajian tentang gejala-gejala kemasyarakatan, dan ada pula yang berlaku sebaliknya: memulai dengan msalah kemasyarakatan baru kemudian masuk pada bahasa.

Dell Hymes (1973) mengatakan “sociolinguistic could be taken to refer to use of linguistic data and analysis in other discipline concerned with social life and coversely, to use of social data and analysis in linguistik.” Sosiolingusitik dapat mengacu kepada pemakaian data kebahasaan dan menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial dan sebaliknya, mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam lingusitik.

Trudgill (1974) mengatakan “sociolinguistic... is that part of linguistic which is concered with language as social and cultural phenomenon.” Sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebgaia gejala sosial dan gejala kebudayan.

Criper dan Widowson (1975) mengemukakan bahwa sociolinguistic is the study of language in operations, its purpose is to show how the conventions of language use relate to other aspects of culture. Sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam pemakaian yang bertujuan untuk menunjukkan kesepakatan-kesepakatan atau kaidah-kaidah penggunaan bahasa (yang disepakati oleh masyarakat) dikaitkan dengan aspek-aspek kebudayaan dalam masyarakat itu.

Hudson (1980) mengatakan sosiolinguistik “the study of language iin relation to society.” Bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sosiologi bahasa merupakan kajian mengenai masyarakat dalam hubungannya dengan bahasa.

Nababan (1984) mengatakan sosiolinguistik adalah kajian atu pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat. Bahwa penutur bahasa adalah angggota masyarakat tutur.

Appel, dkk. (1976) berpendapat bahwa sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan.

Kersten, dkk. (1975) berpendapat bahwa sosiolinguistik adalah subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial.

Nancy P. Hickerson (1980) berpendapat bahwa “sosiolinguistics is a developing subfield of linguistics which takes speech variation as it’s focus, viewing variation or it social context. Sociolinguistics is concerned with the correlation between such social factors and linguistics variation.” Sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor social itu dengan variasi bahasa.

Abdul Chaer (1994) berdalil bahwa sosiolinguistik ialah subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya dalam masyarakat. Hal yang dibicarakan dalam sosiolinguistik ialah pemakai dan pemakaian bahasa, tempat pemakaian bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibar dari adanya kontak dua bahasa atau lebih, dan ragam serta waktu pemakaian ragam bahasa itu.

REFERENSI
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum.  Jakarta: Rineka Cipta.
Rohmadi, Muhammad, dkk. 2006. Sosiolinguistik, Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarsono. 2011. Sosiolinguistik. Jakarta: Pustaka Pelajar
Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics, New York: Wiley-Blackwell.


Sekian, semoga bermanfaat...
==========
Oleh:
ariesrutung95

3 komentar

ijin share ..

sebagai pembaca bahwa ulasan tersebut sangat menarik, terima kasih yah,
mohon ijin berkomentar,
namun perlu diperdebatkan lagi dalam hal apa kajian para ahli tersebut berbeda dan dalam konteks situasi apa pendapat para ahli tersebut berbeda

Reply

Menurut pemahaman saya, perbedaan pendapat itu didasarkan pada konteks sosial-budaya tempat di mana para The Expert membuat sebuah konsep. Pengalaman dan kadar pemahaman (menemukan fakta dan cara menjelaskan fakta) terhadap suatu masalah tertentu juga menjadi penting dalam menyusun konsep.

Reply

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan komentar. Kritiklah sesuka Anda!

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA